Monday, August 15, 2016

Bahasa Hati


Peluh sudah  berjatuhan tak menentu, teriknya matahari menbuatku semakin semangat berjalan bergegas menuju pintu kereta.

Walaupun kala itu nafas beraturan tak menentu karena berjalan sedikit berlari mengejar kereta yang sebentar lagi akan melaju, namun tetap saja   rasa bahagia plus sumringah hadir menghiasi wajahku, tahu kenapa? Jawabannya karena AC kereta yang bagiku bak angin segar menyambutku.

_"Fyuh...!"_ suara temanku dengan irama nafas yang masih belum menentu.

_"Akhirnyaaaa...!"_ suaraku menggelegar, namun   hanya terdengar oleh temanku.

Keretapun melaju dengan ayu. Bagaimana tidak ayu? Lambat... Tapi pasti. Satu persatu  stasiun telah di lewati, selama itu tak jarang lidahku masih melafadzkan kalimat  illahi rabbi. Karena bagiku dimana saja kita berada jangan pernah lalai dari mengingat Ia Sang Maha Pemberi.

Suasananya, hanya terdengar suara kereta yang kencang melaju  dan beberapa suara-suara kecil yang menjadi satu.

Tak lama membisu, temanku membuka pembicaraan yang membuatku tersenyum penuh arti.

Sebelumnya, aku dan temanku sedang berdiskusi tentang sosok serta pengalaman masing-masing dalam hal menulis. Aku kira sudah tak ada lagi pembahasan, namun dengan temanku bercerita akan sulitnya menulis, akupun berusaha untuk mendengar dengan penuh cinta. Pun bisa saja bahkan sangat bisa kala itu aku tak bisa mejawab, namun dengan yakin aku mendengar setiap masalah yang ia keluhkan.

_"dulu aku sering menulis diary_" kata temanku membuka diskui. Sebut saja iya Milda.

_"kalau aku sering buat cerita"_ kataku tak mau kalah

_"kenapa ya, ketika kita menulis diary dan membacanya, seolah kita ikut terbawa suasana_" kata milda bertanya kepadaku dengan wajah serius.

Sebelum aku menjawab pertanyaannya, terlebih dahulu aku melelpaskan senyum kepadanya.

_"kamu mau tau kenapa da?"_ tanyaku menggoda

_"iya, emang kenapa?"_ tanyanya lagi.

_"itu karena ketika kamu menulis diary, ada campur tangan hati di dalmnya..."_

Dia mengangguk-angguk mendengar jawabanku.

_"bahasa hati itu lebih indah di bandingkan bahasa lidah da..."_ kataku sambil tersenyum _"jika saat ini kamu sulit untuk menulis, cobalah ajak  hatimu untuk ikut andil di dalamnya"_ lanjutku.

_"Ooh... Begtu ya"_

_" Iya..., coba kamu perhatikan tulisan diarymu da, kata-katanya kadang tidak beraturn, namun karena kamu mencurahkan isi hatimu, tulisan yang sebenarnya sederhana tapi bisa membuatmu menangis dan tertegun, kamu tau kenapa da?"_ tanyaku

_"karena ada hati yang ikut andil di dalamnya Vi..."_ kata milda mantap.

Beratus kata, kalimat bahkan  paragraf, jika di dalmnya hanya sekedar tulisan yang di tulis tanpa makna, bagiku  tulisan itu tak mengandung arti apa-apa.

Teman, jika engkau putuskan untuk menjadi seorang penulis, aku hanya ingin meberikan satu pesan untukmu _" Menulislah dengan hati ikut andil didalamnya, karena sekalipun tulisan kita bak piring pecah atau seperti benang woll yang tak beraturan, namun jika hati sudah ikut andil, aku yakin, tulisan itu akan membekas kepada siapa saja yang membacanya"_

_Langit_

No comments:

Post a Comment