Oleh : Khansa S@F
Jakarta, 27 desember 2014
Tak kenal maka ta’aruf, cewek yang satu
ini sangat senang dengan slogan tadi, entah mengapa mungkin karena terdapat
kata “ta’aruf” kata yang tidak asing di dengar olehnya.
Umurnya sudah memasuki kepala 2, dia
berniat untuk menikah muda, memang susah mencari calon suami yang mau
menikahinya, apalagi posisi dia seorang mahasiswa dan masih bergantung kepada
kedua orangtua dan satu lagi dia tidak punya pekerjaan karena kata Abinya “
selama Abi masih bisa membiayai kuliah, kamu fokus belajar aja, jangan pikirin
yang lain”. Namun begitu, cewek yang satu ini tetap ingin menikah muda, dia
bilang “ Insya Allah ada Jalan, masa hambanya ingin menyempurnakan separuh
agamaNya di persulit, Tuhan gue mah baik” katanya dengan wajah polosnya.
“ Aku ingin nikah muda Bi...” suaranya
lirih
“ Calonnya mana Mar?” Tanya Bi teman
dekatnya.
“ Aku tidak tau... “ Suaranya masih
lirih.
“ cari laki-laki yang ingin menikah itu
susah Mar, apalagi mungkin mau menikahi kamu, pokoknya pikir-pikir 1000x dulu
deh”
“ Masa dari jutaan laki-laki yang ada
di bumi tidak ada satupun Bi?, pasti ada lah ...” suaranya penuh harap.
“ Yasudah nanti aku tanya sama temanku
ya, kira aja ada laki-laki yang sudah siap” suaranya mantap. “ untuk sekarang
perbaiki diri dulu aja hehehe” lanjutnya.
Maryam Safitri namanya, Bi teman
dekatnya sedikit banyak tau mengapa teman dekatnya itu ingin menikah muda,
padahal dirinya sendiri tidak kepikiran untuk nikah muda. Namun apalah daya
sebagai seorang sahabat dia akan berusaha membantu sahabatnya yang ingin nikah
muda itu.
***
Siang itu mendung sekali, Kali ini
Maryam tidak pulang bareng dengan Bi, karena Bi ada urusan dengan keluarganya
di kampung. Sementara itu hujan mulai mengguyur ibukota.
“
Yaah... buku nya basah...” sambil mengelap buku yang terkena percikan air
hujan.
Tidak seperti biasanya, halte yang
biasa Maryam dan Bi menunggu bis ramai, sekrang sepi sekali, hanya ada Maryam
seorang diri. Akhirnya setelah dia mengelap buku-buku pelajaran kampusnya, dia
duduk di halte menunggu bisnya datang.
“
Assalamu’alaikum...” sapa seorang laki-laki yang dia tidak mengenalnya.
“
Wa..alaikumsalam...” jawabnya setengah kaget dan gugup, mungkin karena
laki-laki itu seluruh wajahnya di balut dan hanya terlihat matanya.
“
Maaf Ukh, ana mau tanya kalau mau ke penginapan sultan naik bis apa ya?”
Tanyanya kebingungan.
“
Ohhh itu deket sama kosanku, nanti bareng aja naik mobilnya, bis nya sama ko”
Jawabnya masih terlihat kaget.
“
Yasudah... syukron Ukh” jawabnya.
Setelah dia bertanya kepadanya, si pria
itu berjalan menuju ujung halte, kemudain duduk dan membca Al-Qur’an.
Maryam yang melihat tingkah Pria itu, merasa penasaran kepadanya,
hingga dengan memberanikan diri, maryam bertanya kepada laki-laki misterius
itu.
“
Maaf Mas, mas anak kampus sini?” tanyanya sambil gugup
“
Bukan Ukh, ana dari daerah yang sedang mengikuti lomba di kampus ini” jawabnya
tenang
“
Ohh pantes aja , aku baru liat”
Tak berapa lama berselang, bus yang
mereka tunggu akhirnya datang, sehingga maryam dan laki-laki misterius itupun
menaiki busnya. Entah kebetulan atau apa, ketia maryam dan laki-laki misterius
itu menaiki bus, terdapat dua kursi yang kosong “Alhamdulillah...” batin Maryam. Dengan bergegas Maryam segera
duduk di bangku kosong itu, sementara pria misterius itu tetap dalam posisinya
yaitu berdiri.
“
Duduk Mas...” Tawar maryam
Dengan sedikit kaku pria misterius
itupun akhirnya duduk di sebelah maryam.kemudian setelah beberapa lama saling
diam, Maryampun membuka pembicaraan
“
Dari tadi kita belum kenalan mas, tak kenal maka ta’aruf hehehe... nama mas
siapa kalau boleh tau?” kali ini Maryam sudah tidak kaku lagi
“
Surya...” jawabnya singkat
“
Aku Maryam “ jawab Maryam
Melihat sikap Surya kaku, Maryam
mengurungkan niat untuk bertanya-tanya lagi kepadanya.
“
Stop Bang !” suara maryam
“
Mas itu penginapan Sultannya, silakan turun di sini, oya mas Surya ongkosnya
5ribu ya” suaranya ramah
“
Syukron Mba... oya mba nanti kalau mau ke kampus itu lagi, naik mobil ini juga
mba Maryam?” Tanyanya
“
Iya Mas” jawabnya siangkat
“
Yasudah terimakasih banyak mba Maryam, Assalamu’alaikum...”
“
Wa’alaikumsalam...”
***
Selama Bi sahabtnya pulang kampung,
Maryam selalu pulang sendiri, musim hujan sudah tiba, dan sudah beberpa hari
Maryam kehujanan karena selalu lupa membawa payung. Di kampusnya Maryam
terbilang anak yang lumayan baik, salah satu teman kampusnya Rizki ternyata
menyukainya. Pernah rizki mengutarakan perasaanya kepada Maryam namun maryam
tolak karena dia tidak mau berpacaran, melainkah ingin langsung menikah, ketika
maryam mengusulkan kepada rizki untuk datang kepada kedua orangtuanya, rizki
menolak, alasannya dia masih kuliah. Akhirnya Maryam tidak menerimanya, dari
situ Maryam kadang risih jika bertemu dengannya.
“
Kenapa tidak terima aja sih Mar, si Rizki, dia kan anaknya tajir” tanya teman
kampusnya Siska.
“
Aku menerimanya Sis tapi dianya aja ga mau...” Jawab Maryam santai.
“
Lagian kamu nerimanya kalau dia mau nikah sama kamu, bukan pacaran... ya
jelaslah dia menolak... Masa langsung nikah...” Suara siska sedikit meninggi.
“
Emang kenapa Sis kalau langsung nikah?” tanyanya penasaran
“
tidak semudah itu Mar, harus ada pengenalan dulu,butuh proses dan waktu...”
“
bukannya dalam islam ada ta’aruf?” tanyanya kepada Siska
“
Mar ngaca dong Lo, lo baru pake kerudung gede beberpa bulan aja sok tau gitu”
kini suara siska terdengar meninggi.
“
Maaf Sis, bukannya aku so alim atau so tau, aku berusaha ingin menjadi wanita
baik, ya aku berangapan salah satunya dengan tidak pacaran, aku ingin menjaga
diriku dari hal itu makannya aku ingin menikah muda Sis, terserah kamu mau
memandang aku bagaimana...”
“
Yaudah gue balik duluan ya, moga lo bener-bener deh jadi wanita baik, biar
dapet cowok yang baik juga...” suaranya kini sedikit tenang
“
Makasih Sis, hati-hati ya...”
Ternyata percakapan Siska dan Maryam
terdegar oleh Surya, dia tertegun mendengar percakapan mereka, ketika surya
masih berkelana di pikirannya, tiba-tiba Maryam memanggilnya.
“
Mas Surya...” Panggilnya
“
Iiiya...” jawabnya gugup
“
Gimana Mas tidak nyasarkan naik mobilnya” tanyanya ramah
“
Iya Mba, alhamdulillah... “
“
Alhamdulillah... Mas di mana lombanya?” Tanyanya penasaran.
“
Masih di daerah gedung sini Mba, kalau begitu saya pamit mba
Assalamu’alaimum...”
“
Wa’alaikumsalam... “
***
Kilat kembali menyambar, sudah kesekian
kalinya Maryam lupa membawa payung, dan terpaksa harus ujan-ujanan menuju
Halte.
“
dasar Maryam pelupa...” suara Maryam.
Dikejauhan terlihat surya mendekati
halte sambi berlari-lari kecil.
“
Mas Surya ujan-ujanan? Ga bawa payung Mas?” Tanya Maryam bertubi-tubi
“
Iya Mba, saya lupa beli payung...” Jawab Surya sambil memeriksa tasnya.
Akhirnya tak berapa lama menunggu, bus
yang akan mereka naiki datang. Segera saja kedua insan itu bergegas
menaikinya.Kali ini bus yang mereka tumpangi lumayan penuh sehingga mereka
berdua terpaksa harus berdiri. Di tengah perjalanan Maryam kembali membuka
percakapan.
“
Mas Surya sampai kapan lombanya ?” Tanyanya penasaran
“
sekarang masih seleski mba, kalau misalkan masuk Final mungkin satu minggu
lagi” jawabnya gugup.
“
Waah mudah-mudahan mas masuk final dan menang dapet juara, hehehe” suaranya
gembiara dan terlihat ketulusannya
“
memang kenapa mba?”
“
Iya Mas, mas orang jauh, mas rela ninggalin kampung halaman, ninggalin kuliah,
ninggalin pekerjaan mas, demi ikut lomba ini, kalau ga dapet kan sayang...
makannya mas berdoa aja sama Allah biar dapet juara, jangan putus-putus
doanya...”
“
Iiiya Mba, terimaksih atas doanya”
Mobil berhenti tepat di depan
penginapan Sultan, mungkin pak supir sekarang sudah hafal kepada surya orang
dareah itu.
“
Kalau begitu saya duluan mba, assalamu’alaikum...”
“
Wa’alaikumsalam...”
***
Hampir lima hari Bi sahabatnya pulang
kampung, dan selama itu pula Maryam pulang dengan Surya. Tentu saja Maryam
sangat senang sekali, walapun Surya yang jika di tanya hanya menjawab
seperlunya setidaknya bisa menemani Maryam. Biasanya jika Maryam pulang dengan
Bi, di sepanjang perjalanan Maryam banyak bercerita kepada Bi, Bi sebaliknya,
dia malah jarang bercerita, dia hanya menjadi pendengar setia Maryam. Dan
sekrang Bi pulang kampung, sempat merasa kesepian karena yang biasa di mobil
bercerita, bercanda, namun sekarang tidak. Tapi setelah bertemu dengan Surya
setidaknya bisa mengobati rasa kesepiannya di Bus.
“
Bagaimana lombanya Mas?” Tanya Maryam membuka percakapan.
“Alhamdulillah
Mba, masuk final dan besok pengumuman pemenangnya” jawabnya singkat.
“
Semoga dapat juara ya Mas” suaranya penuh harap.
“
Terimakasih Mba atas doanya...” jawabnya masih singkat
“
berarti sebentar lagi Mas pulang dong ” suaranya sedikit tertahan.
“
Insya Allah Mba...”
Mendengar jawaban Surya tiba-tiba raut
wajah Maryam terlihat besedih, setelah itu percakapanpun di akhiri, karena bus
sudah sampai di depan penginapan sultan.
“
Saya turun duluan Mba... Assalamu’alaikum...”
“
Wa’alaikumsalam...”
***
Malam itu terlihat mencekam, karena
hujan turun pada saat itu, belum lagi kilat menggelegar. Saat itu Maryam sangat
merindukan sahabatnya, Bi. Hampir satu minggu Bi pulang kampung, biasanya ada
saja dalam satu minggu Bi menginap di kosan Maryam, Maryam sangat mencintai Bi, Maryam sangat
sayang kepadanya, karena Bi adalah orang yang mengajaknya berhijrah. Yah
berhijrah menuju ketenangan. Karena Bi Maryam mulai mengenakan pakaian
muslimah, dari Bi Maryam banyak belajar ilmu agama, dan karena Bi Maryam
bahagia.
“ Sahabattt... kapan balik Jakarta...” tanya Maryam melalui pesan singkat
“ belum tau sahabat... masih ada
urusan yang belum terselesaikan...”
“ aku rindu Bi... aku ingin banyak
bercerita kepadamu Bi... ^_^“
“ cerita apa sahabat... ?”
“ Ada seorang laki-laki yang
membuatku terpana Bi... ^_^”
“ Waah... sohibku lagi jatuh cinta
ni hihihi... siapa dia biar aku yang menjadi tim suksesnya ^_^”
“ aku akan cerita setelah kamu balik
Jakarta Bi... ^_^”
“ Sahabat... sepertinya aku akan
lama di kampung L”
Bi yang biasa menjadi pendengar setia
Maryam jika bercerita, kali ini Bi menceritakan isi hatinya kepada Maryam,
tentu saja Maryam sangat senang jika Bi cerita kepadanya. Menurut Maryam Bi
bercerita merupakan fenomena langka, maka dari itu setiap kata yang tertulis di
pesan singkat itu Maryam baca dengan seksama.
“ Bi mau menikah???????” Tulis Maryam
seolah tak percaya.
Maryam kaget sekaligus bahagia Bi
sahabatnya yang terkenal tidak mau menikah muda sebelum lulus kuliah, kali ini
malah akan segera melangsungkan pernikahannya.
“ Iya... Umi dan Abi mendjodohkanku Maryam,
aku tidak bisa menolaknya, lagipula alasan untuk menolak sangat tidak mungkin,
karena orang yang melamarku baik agamanya...jadi tidak ada alasanku untuk
menolaknya Mar...”
“ Beruntung sekali kamu Bi...
sekalinya ada yang melamar orang yang baik agamanya, sedangkan aku.... adanya
orang yang suka padaku si Rizki... di ajak nikah eh malah pengennya pacaran...
memang benar ya Bi, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik...”
“ Jangan begitu sahabatku... ini
skenarioNya, aku yakin Allah mempersiapkan yang terbaik untukmu, ingat
pesanku... teruslah perbaiki diri...”
“ Iya Bi... aku akan terus berusaha memperbaiki diri...”
“ Kamu mau datangkan ???” Tanyanya penuh harap.
“ Tentu saja Bi, sejauh apapu
daerahmu, aku akan datang, karena... karenamu aku bisa seperti ini...”
Sebagai seorang sahabat, Maryam sangat gembiran mendengar kabar darii Bi, dia
ingin segera bertemu dengannya, kemudian memeluknya.
***
Hujan terus mengguyur ibukota, walaupun
begitu tetap tidak menyrutkan semangat Maryam untuk pergi ke kota Padang,
tempat dimana Bi sahabatnya akan melangsungkan pernikahan. Segalanya telah di
siapkan dnegan matang, dia ingin segera bertemu dengan sahabatnya Bi, sudah
tidak sabar ingin menceritakan sosok pria itu kepada Bi, pria itu ternyata
membuat hati Maryam terpikat. Walauun baru beberapa hari bertemu dengan pria
itu, karena melihat perangainya yang baik Maryam ternyata sedikit menyimpan
perasaan kepada Surya.
“ Sudah sampai mana Mar?” tanya Bi di telfon
“ Bandara Bi...” jawab Maryam
“ Aku jemput ya...”
“ Jangan Bi, biar aku naik taksi
aja...”
“ Jangan Mar, yaudah nanti aku akan
menyuruh adikku dan Mang Mamat untuk menjemputmu”
“ yasudah Bi, aku tunggu ya ...”
Tak berpaa lama menunggu, terlihat
adiknya Bi datang menjemput, Maryam tahu kalau dia adiknya Bi karena Bi sering
memperlihatkan foto adiknya kepada Maryam, namanya Rifki umurnya beda satu
tahun dengan Maryam, Bi sangat sayang dan bangga kepadanya, karena Rifki sudah
menghafal Al-Qur’an 30 juz, tentu saja Maryampun ikut bangga
sebagai sahabat Bi.
“
Assalamu’alaikum...” sapanya
“
Wa’alaikumsalam...” Jawab Maryam
“
apa benar ini mba Maryam?” tanyanya
“Iya,
ini Rifki kan adiknya Bi?” tanya Maryam meyakinkan.
“
Bi?” tanya Rifki penasaran.
“
maksudku Habibah “ terang Maryam
“
ohh iya Mba, benar.”
“
Maaf ya hehehe soalnya kalau di kampus
aku manggilnya Bi” jelas Maryam
“
Iya Mba tidak apa-apa... yasudah ayo mba sudah di tunggu, sama Mba Habibah.
Mobilpun melaju dengan kecepatan
sedang, karena pada saat itu padang di guyur hujan. Disepanjang perjalanan
Maryam hanya memandang ke luar jendela, tidak ada percakapan dengan Rifki,
maupun dengan Mang Mamat, Maryam juga sedikit mengerti mungkin karena Rifki seorang
Hafiz jadi sangat menjaga sekali hafalannya.
“
Sudah sampai Mba” suara Rifki membuyarkan lamunan Maryam
belum sampai turun dari mobil dengan
sempurna, Maryam di sambut hangat oleh Bi.
“
Assalamu’alaikum Maryam...” sambil memeluk Maryam dengan erat.
“
Wa’alaikumsalam... Biii... aku kangen sama kamu....” suara Maryam terlihat
bahagia.
“
Begitupun Aku Mar... rasanya sudah lama kita tak jumpa... padahal baru satu
bulan hehehe...”
“
Iya Bi... mungkin karena kita sering baca doa Rabitah jadi hati kita saling
terikat hehehe”
“
Wahh sahabtaku sekarang sudah banyak perubahannya... tambah shalihah, dan
tambah cantik “
“
itupun kareamu Bi...”
Kembali mereka berpelukan.
***
Janur kuning terpasang dengan indahnya,
tenda yang terpasang terlihat anggun, ungu dan putih warna kesukaan Bi.
Ternyata Maryampun sangat menyukainya juga. Hari pernikahan Bi tinggal satu
hari lagi. Maryam sangat antusias membantu Bi mendekorasi kamarnya. Bi sengaja
memilih kain warna putih untuk membalut kamarnya, di tambah bunga-bunga yang
bervariasi yang membuat kamar Bi semakin anggun. Maryam yang ahli dalam bidang
mendekorasi mulai melakukan aksinya. Dan tentu saja hasilnya sangat memuaskan
Bi.
“
Maryam terimakasih, sekarang kamarnya jadi bagus hehehe...”
“
Iya Bi sama-sama, pokoknya nanti malam aku harus tidur sama kamu di kamar ini,
sebelum kamu menikah hehehe...”
“
Iya Mar, silakan ...”
Maryam di sambut hangat oleh keluarga
Bi, karena Maryam termasuk anak yang gampang akrab. Selain orangtua Bi, Rifki adik Bi dan dua
Kakak perempuan Bi yang sudah menikah juga sangat baik kepada Maryam.
“
Habibah... ... Masmu Nelfon...” Panggil Umi Bi
“
Iya Mi, sebentar”
Bi bergegas memenuhi panggilan Uminya,
ternyata calon suaminya menelfon Uminya, dalam hati Maryam, kenapa calon suamninya tidak langsung menghubungi Bi
lewat Hpnya. “Mungkin karena belum halal
“ celoteh hati Maryam.
“
Waduh... ko ketawa-ketiwi sendiri setelah di telfon Masmu...”
“
Hehehe... Aku bahagia Maryam...” suaranya lirih “ besok aku akan menikah... itu
tandanya aku akan menyempurnakan separuh agamaku... aku akan berusaha menjadi
istri yang terbaik... aku akan mencoba menjadi isteri yang berbakti...”
“
Iya Bi... Aku sebenarnya tidak percaya, Bi yang dulu kekeh tidak akan menikah
sebelum lulus kuliah, malah sekarang hehehe...”
“
Hehehe... Oya Bi minggu kemarin Mas
mengikuti lomba dan Alhamdulillah dia dapat juara 1”
“
Waah... keren sekali Masmu, memang lomba Apa Bi? Ooh ternyata kemarin kamu
pulang hanya ingin melihat masmu lomba?”
“
Kemarin lomba debat bahasa Arab tingkat Nasional, aku lupa mengabarkanmu, Mas
ku lombanya di kampus kita Bi”
Ketika mendengar lomba, pikiran Maryam
langsung tertuju kepada Surya laki-laki yang kemarin di kenalnya. “Apa calon Bi Mas Surya?” bisik hatinya.
Maryam tidak bisa menerka-nerka, karena
Maryam tidak tahu apakah Surya yang dikenalnya itu medapat juara atau tidak, dan Maryam juga tidak tahu Surya berasal dari
daerah mana, yang ia tahu Surya adalah anak daerah, namun tidak tahu daerah
mana. Entah mengapa hati Maryam
berdebar-debar, kali ini Maryam akan menanyakan siapa nama calon Bi, jika
namanya Surya berarti benar calon Bi
adalah laki-laki yang Maryam kagumi.
“
Nama Masmu Siapa Bi...?” tanyanya gugup
“
Ahmad Mar” jawabnya tenang.
Ketika Maryam hendak menanyakan nama
panjang calon Bi, tiba-tiba Bi di panggil uminya.
“
Habibah...” Panggil Umi
“
Aku kesana dulu ya Mar...” sambil tersenyum tulus
“
Iiiya Bi...” jawabnya masih terlihat gugup
Maryam tidak sempat menanyakan siapa
nama panjang calon suami Bi, karena waktu sudah larut malam dan Bi harus segera
istirahat untuk acara besok, selain tidak sempat menanyakan siapa nama panjang
calon suami Bi, Maryampun tidak sempat menceritakan laki-laki yang ia kagumi
itu. Maryam membuang jauh-jauh pikiran yang membuat hatinya berdebar, dia tidak
mau karena prasangka-prasangka yang timbul di hatinya itu membuat Maryam
berprasangka buruk terhadap Bi. “ tenanga
Maryam... tenang...” bisik hatinya menenangkan.
***
Hari yang di tunggu-tunggu Bi akhirnya
datang juga, Bi kala itu mengenakan gaun putih dan tentu saja kerudung putih
serta terdapat beberapa bunga melati yang menghiasi kerudungnya membuat Bi
semakin anggun dan cantik sekali, Maryam yang sedari subuh menemani Bi juga
terkagum-kagum melihat wajah Bi, Maryam tidak menyangka ternyata sahabatnya
yang jarang menggunakan kosmetik itu sangat cantik sampai Maryam pangling
melihat Bi.
“
Ini beneran Bi sahabatku?” tanyanya terkagum-kagum
“
Iya lah Mar, memang siapa lagi hehehe...” jawab Bi sambil malu-malu
“
Bi kamu cantik sekali.... “
“
Terimakasih Mar, kamu juga cantik” sambil tersenyum malu
Bi masih di kamar tidak di perkenankan
keluar, tentu saja Maryam selalu menemani Bi sahabatnya itu.
“
Aku gugup Mar...”
“
Tenang Bi ada aku... sepertinya calonnya sudah datang Bi... aku lihat keluar
dulu ya... “
“
jangan Mar, temanai aku di sisni...” pinta Bi
“
Yasudah oke ... J”
Tak berapa lama menunggu, Kakak Bi mba
Ratna memasuki kamar Bi dan memanggil Bi untuk keluar. Bi menggenggam erat
tangan Maryam, dan begitupun Maryam membimbing Bi menuju tempat yang dimana
akan dilangsungkan ijab qabul. Pada saat itu Maryam tiba-tiba langkahnya
terhenti melihat sesosok pria yang ia kenal sedang duduk di hadapan meja ijab qabul.
“ Mas Surya?” guman hatinya.
“
Kenapa Mar?” Tanya Bi.
“
Eengga B..ii” Jawabnya gugup.
Setelah Maryam membimbing Bi duduk,
Maryam berniat pergi meninggalkan ruangan itu, namun Bi memegang tangan Maryam
sangat erat.
“
Temani aku Mar” pintanya tulus.
“
Iiiya... Bi... aku di belakangmu”
jawabnya masih gugup.
***
ijab qabul pun terucap, semua yang
hadir mengatakan “sah” akhirnya Bi pun sudah resmi menjadi isteri
dari orang yang Maryam kagumi, ada rasa sesak di dada melihat orang yang selama
ini Maryam kagumi, ternyata Bi lah yang akan menjadi pendamping hidup Surya.
Pada saat itu Mata maryam mulai berkaca-kaca namun dia berusaha untuk tidak
menangis di hadapan Bi, karena bagaimanapun di hari bahagia sahabatnya Bi, dia
harus terlihat bahagia walaupun tidak sesuai dengan keadaan hatinya.
“
Mba Maryam?” Tanya Surya kepada Maryam yang kala itu Maryam sedang mengucapkan
selamat kepada kedua mempelai.
“
Iiiya Mas...” pada saat itu Maryam berusaha untuk tersenyum walaupun sangat
sulit.
“
Mas kenal sama Maryam? “ Tanya Bi penasaran.
“
Iya De, waktu mas kemarin lomba di jakarta, Mba Maryam ini yang ngasih petunjuk
jalan menuju penginapan...”
“
Oalah... kenapa Mar ga bilang, kalau sudah kenal sebelumnya?” Tanya Bi kepada
Maryam
“
Hehehe ... Bi kan bilangnya Ahmad pada waktu itu...” Sambil masih mencoba
tersenyum
“
ooh... iya Mar, namanya Ahmad Surya Abdullah, aku manggilnya Mas Ahmad
hehehe...”
“
Mba Maryam temenan sama De Bibah ?” tanya Surya penasaran.
“
Iiiya Mas... oya Bi aku sepertinya harus pulang sekarang...” suara Mar sedikit
tertekan.
“
loh kenapa mendadak Mar? Jangan pulang dulu...”
“
Iiya Bi, ada urusan yang harus segera di selesaikan di kampus, aku dapet info
dari siska tadi mendadak banget...” Maryam mencoba menjelaskan.
“
ga bisa di undur satu atau dua hari Mar?” tanya Bi penuh harap.
“
engga bisa Bi, kata Siska penting...”
suaranya masih sedikit di tekan
“
Yasudah, biar mang Mamat dan rifki yang mengantarmu ke bandara ya...” sarannya
terlhat tulus.
“
ga usah Bi, mereka lagi sibuk, yasudah aku pamit ya ...’
‘”Tidak
apa-apa Mar, aku Panggil Rifki dulu ya...”
“
Tidak usah Bi, aku bisa sendiri ko tenang aja.... hehehe yasudah ya semoga
menjadi keluarga yang sakinah Bi... Assalamu’alaikum...”
“
Mba Mar beneran tidak mau diantar, sekarang musim hujan Mba, saya khawatir...”
Suara Surya tulus
“
Insya Allah tidak apa-apa Mas, kan ada Allah... iya ga Bi?” sambil melirik Bi.
“
Mar beneran ga usah di antar...?” tanya Bi meyakinkan
“
Iya Bi... yasudah aku berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum...”
“
Wa’alaikumsalam... hati-hati Mar” suara Bi
Setelah Maryam pamit kepada Bi Dan
Surya, Maryampun berpamitan juga kepada orangtua Bi, kakak Bi dan rifki adik
Bi. Mereka menyayangkan Maryam pergi, tapi mereka tidak bisa mencegah, karena maryam
mempunyai alasan kampus. Pada saat itu sebenarnya alasan Maryam tidak masuk
akal, karena bulan itu sebenanrnya sudah tidak ada perkuliahan kampus, namun Bi
tidak menyadarinya, karena mungkin Bi terlalu bahagia.
“
Ana antar Mba sampai bandara...” tawar Rifki.
“
Gak usah Ki, kamu sibuk, aku bisa ko
sendiri ... tenang saja insya allah gak bakalan nyasar hehehe” di
tengah-tengah hatinya yang sedih maryam tetap mencoba tersenyum.
“
Beneran Mba?” Tanya Rifki meyakinkan.
“
Iya Ki “ kembali Maryam tersenyum.
“
Yasudah hati-hati Mba...” suara Rifki tulus.
Maryam tidak menyadari akan tingkah
laku Rifki kepadanya, kalau kala itu Maryam sadar Rifki sudah mencoba membujuk
Maryam untuk di antar olehnya, karena Rifki khawatir, padahal Rifki sangat
menjaga sekali kominikasi dengan lawan jenis.
***
Pesawatpun meluncur meninggalkan kota
padang meuju jakarta, di dalam pesawat, mata Maryam mulai mengeluarkan air
mata, Maryam mecoba menahannya agar tidak keluar, namun dia tidak bisa
mencegahnya, akhirnya diapun menangis. “
Allah... kenapa hambamu ini...” rintihnya. “ sudah Mar jangan nangis, kamu
kenapa begini... Bi bahagia dan begitupun Surya... bukankah lak-laki baik untuk
perempuan yang baik juga... Surya bukan jodohmu, dia tidak cocok buatmu, dia
laki-laki baik dan Bi juga wanita baik... sudahlah Mar...” Hatinya mencoba
menenagkannya.
Selama perjalanan menuju jakarta, mata
Maryam terus mengeluarkan air mata, Maryam sudah mencoba menahan untuk tidak
menangis, namun usaha untuk menahan itu sia-sia malah air mata Maryam semakin
banyak yang keluar.
“ Rabbi...
tenangkanlah hatiku.... “ tangan kanannya sambil memegang dadanya. Kala itu
Maryam teringat akan kata-kata Bi ketika di taman kampus dulu, mengingat itu
Maryam kembali menangis.
“sekeras apapun usahamu, sebesar apapun cintamu
pada seseorang... jika Allah mengatakan itu bukan jodohmu kita harus
menerimanya Mar, cukuplah Allah yang mengethaui apa yang terbaik untuk
hambanya, jadi jangan kecewa bila mana kamu suka sama seseorang ehh malah orang
yang kamu sukai berjodoh dengan orang lain hihihi...”
“ ko bisa gitu Bi? Kalau begitu
caranya, aku akan protes sama Allah, masa kita udah mencintainya dan dia juga
mencintai kita Allah ga menyatukan sih? Berarti itu tandanya Allah gak peka
dong?” Tanya Maryam
Pada saat itu, keingintahuan Maryam
terhadap Islam sangat besar, sehingga, Bi berusaha mencoba menjelaskan semudah
mungkin, agar Maryam bisa paham. Sekarang... maryam mengerti apa yang diucapkan
sahabtanya Bi dulu, memang... kalaupun dia menyimpan perasaan kepada Surya,
tapi jika Allah tidak menghendaki sama saja. Kembali Maryam menangis.
“Rabbi kenapa hambamu jadi seperti ini...
tenangkanlah hatiku Ya Rab...”
Kembali Maryam memuji Kebesaran Allah, dia ingat ketika dia mendapatkan juara
1 lomba menghias Mading di kampusnya, Bi memberikan nasihat kecil namun itu
sangat bermakna untuknya.
“ Horeee... aku dapat juara Bi....” suara
Maryam ketika itu
“ Alhamdulillah Mar...” bisik Bi
sambil tersenyum
“ Iya Bi maksudku Alhamdulillah...
tadi kan aku belum selesai ngucapinnya hihihi...”
“ Bisa aja kamu ngelesnya kaya bajaj, orang muslim jika di beri rizki tanda syukurnya mengucpkan
Lafadz “hamdallah” Mar, namun ketika kita mendapat musibah mengucapkan lafadz
“takbir” “ jelas Bi
“ ko bisa gitu Bi?” tanya Maryam penasaran.
“
bisalah Mar, aku contokan kasusunya, yang
sekarang real aja deh, kamu kan mendapatkan juara 1 nih, dengan mengucapkan hamdallah, kita sama saja
sedang memuji Allah karena atas kehendaknya kamu mendapatkan juara 1 kan? Coba
kalau Allah tidak menghendaki pasti dan memang pasti kamu tidak mendpaat juara,
nah untuk yang takbir aku bingung ngasih contoh apa hehehe...”
“ Ayo Bi cari contohnya, biar aku ga
kebalik nanti....” Suara Maryam penuh semangat.
“ hmmm... oya aku baru inget. Minggu
lalu Mba rita cerita kepadaku. Temen suami Mba Ku kan lagi proses ta’aruf, nah
qodarullah tidak sampai ke walimahan, temennya suami Mba ku itu tak
henti-hentinya mengucapkan takbir hehehe... kata dia “memang sudah taqdirnya
dan Aku masih mempunyai Allah yang maha besar”. Keren kan ...”
“ wahh...keren...keren... semoga aku
bisa memposisikan kalimat-kalimat itu dengan benar ya Bi hehehe...”
Saat ini... Maryam sudah tidak bingung
lagi mana lafadz yang pas untuk kondisi dia sekarang. Yah... “ Allahu Akbar!”
***