Saturday, November 8, 2014

Atas Izin Allah




Cerita dari teman
Khansa S@F
Aku ingin sedikit berbagi cerita, hanya sedikit namun aku berharap dengan ceritaku yang sedikit ini, aku mengharapkan pembaca mendapatkan pelajaran yang banyak.
Kejadian hari ini sungguh sangat membuatku semakin sadar, selain betapa kecilnya diriku di hadapanNya dan betapa bodohnya diriku, karena sering melupakan dan menyianyiakan apa yang sudah diberikanNya kepadaku.
Siang itu aku dan dua temanku pergi menuju pameran buku, tidak ada kejadian aneh selama di tempat itu, seperti biasa banyak manusia yang hilir mudik berganti bersinggah dari stan satu menuju stan yang lainnya. Pada saat itu atas izin Allah aku dalam keadaan saum ayamul bidh, jadi ketika dua temanku menyantap hidangan makan siang, aku menunggu dengan bertilawan, alhamdulillah tidak memainkan HP, sehingga ketika dua temanku selesai makan, 1 juz sudah selesai. Entah mengapa hari-hari ini aku merasa dekat denganNya, apakah ini akibat dari doaku? Tidak perlu di masalahkan masalah itu, yang jelas aku sangat bersyukur atas  karuniaNYa. Selanjutnya...  kami bertigapun berkeliling melihat-lihat buku yang terpajang di setiap stan. Pada saat itu... hatiku beristighfar sehingga mulutkupun ikut berucap Lafadz itu... tidak seperti biasanya aku melakukan hal itu, namun lagi-lagi aku bersyukur karena Allah mengzinkanku untuk beristighfar kepadaNya.  Akhirnya setelah kami bertiga puas berkeliling, karena jam sudah menunjukan pukul 4 sore, kamipun memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi Atas izin Allah jalan yang semula kami bertiga lewati di tutup, sehingga kamipun mencari jalan lain yang jika di bandingkan dengan jalan yang pertama lebih jauh, namun karena tidak ada pilihan lain, kami bertigapun memutuskan untuk memilih jalan yang lumayan jauh itu. sebenarnya badan sudah lemas ingin sekali segera mendapatkan mobil untuk pulang, namun karena jarak kami ke jalan raya cukup jauh, akupun menguatkan tubuhku agar tetap terus berjalan. Disepanjang perjalanan aku melihat begitu banyak sekali manusia, ada yang sedang berlatih main bola, ada yang sedang berjalan bergerombol, ada yang sedang turun dari mobil rombongan, ada juga yang sedang menyantap jajanan. Hingga akhirnya aku  merenung... aku membayangkan bagaimana keadaan di padang mahsyar nanti... mungkin lebih ramai daripada ini semua, bagaimana tidak... umat dari nabi adam  sampai muhammad berkumpul di padang itu, mengantri untuk dimintai pertanggung jawaban. Segera ketika itu aku segera beristighfar kepadaNya. Ternyata satu temanku juga membayangkan bagaimana ketika banyaknya orang seperti itu terjadi suatu bencana besar, kembali aku beristigfar.
Hingga akhirnya kami bertigapun sampai di jalan raya, aku dan temanku satu mobil karena satu arah, namun temanku yang satunya menyebrang karena tidak satu arah. Kami bertigapun bersalaman mengucap salam, tak lama setelah itu mobil yang biasa kita sebut kopajapun datang, aku dan temankupun menaiki mobil itu dengan lafadz bismillah. Atas izin Allah kami berdua bisa duduk, karena sebelumnya temanku sempat berdoa “Ya Rab... Mudah-mudahan kami dapat tempat duduk” hanya kata Aamiin yang kupanjatkan ketika di perjalanan itu, dan alhamdulillah berkat doa temanku kami berdua bisa duduk. Tak lama mobil berjalan, mobil kopaja kembali berhenti. Terlihat yang menaiki mobil kopaja sekelompok anak muda yang kira-kira SMA kelas satu dan dua dengan satu orang membawa piala, jumlah mereka berkisar sepuluh orang ada wanita dan laki-laki. Setelah mereka naik, tentu saja mobil menjadi sempit dan mendadak ramai. Aku sedikit melirik melihat salah satu remaja yang sedang menghisap rokok, ternyata  teman di sebelahnyapun merokok, aku hanya bisa mearik nafas panjang melihat fenomena itu. aku berpikir... inikah generasi bangsa saat ini?, lamunanku terpecah ketika temanku berbisik lirih kepadaku “ Alhamdulillah Allah sayang padaku, sehingga memperkenalkanku dengan tarbiyah, aku tidak bisa bayangkan, jika dulu aku tidak mengenal tarbiyah” aku hanya tersenyum tipis mendengar bisiknya. Lagi-lagi atas izin Allah, aku bersyukur Allah memberiku lingkungan yang baik, aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan hidayah kepada remaja-remaja yang ada di mobil kopaja itu, aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka, aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan kesempatan kepada mereka mendapatan lingkungan baik, sebagaimana Allah telah meberiaknnya kepadaku. Belum selesai aku merenung, tiba-tiba mobil berhenti, dan beberapa penumpang menoleh kearah  kiri, aku dan temankupun ikut melihat ke arah kiri, karena waktu itu aku duduk di pinggir dekat kaca, aku melihat kerumunan orang dan satu orang terbaring dengan mengenakan jaket hitam, celana hitam, terlihat wajahnya masih sangat bugar dan gagah namun ada sedikit darah di wajahnya. Mendengar perkataan knek mobil bertanya kepada kerumunan itu, ternyata terjadi kecelakaan dan orang yang berbaring yang aku lihat tadi meninggal. Subhanallah... aku tidak menyangka orang yang tadi kulihat gagah di panggil olehNya. Mendengar kata knek bahwa orang yang berbaring tadi meninggal, segera aku dan temanku mengucapkan innalillahiwainnailaihirojiuun... sungguh betapa gampang sekali Allah mengambil nyawa. Karena memang nyawa dan jasad milikNya. Aku bergetar melihat kejadian itu. dia sudah mendapat giliran untuk bernghadap denganNya, akupun sekarang menunggu giliran kapan aku di panggil olehNya, aku milik Allah, aku sungguh kecil di hadapanNya, ya Allah.. kematian memamng setiap detik mengintaiku, namun... aku tidak sadar akan hal itu, maafkan aku Ya Rabb... aku sering lalai padamu maafkan hambamu ini Ya Rab...
Akhirnya setelah beberapa menit mobil kembali melaju, temankupun turun dari mobil. Hingga akhirnya kitapun berpisah. Kembali aku melanjutkan perjalanan dan kembali aku merenung ... pada saat itu hujan turun namun tidak begitu lebat, pada saat itu, karena aku tahu hujan adalah rizki maka ketika hujan turun aku selipkan doa kepadaNya “ Rabbi... istiqomahkan aku di jalanMu...” aku selalu memanjatkan doa itu baik ketika sholat lima waktu, maupun ketika aku terzolimi, atau ketika hujan turun.
Tak berapa lama kemudian, akupun turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan meuju rumah. Seperti biasa aku bersiap-siap menunggu azan magrib berkumandang. Setelah itu  aku bergegas sholat, makan mlam, tadarus, dan sambil nungggu azan isya aku sengaja membaca buku yang beebrapa lembar lagi hatam. Azan isya pun berkumandang, tadinya aku berpikir akan menghatamkan buku itu, karena memang tinggal beberapa lembar lagi, hatiku berbisik  “ sudahlah ... jangan dulu sholat nanggung tinggal 3 lembar lagi” namun disisi lain hatiku berkata “ Ingat... jangan nunda-nuda sholat nanti Allah cemburu!” setelah mendengar itu, segera saja aku bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Aku menyesali kenapa aku tidak segera bergegas mengambil air wudhu, kenapa aku harus di pikir-pikir dulu, padahal itu panggilan Allah. Kembali setelah aku berwudhu aku beristighfar.
Ku hamparkan sajadah dengan sigap, selanjutnya sambil menunggu temanku berwudhu aku ambil Qur’an kitab suciku, dan mulai tadarus. Satu lembar... dua lembar... tiga lembar... mushaf Al-Qur’an ku baca, namun temanku masih tidak beranjak dari tempat duduknya sambil memainkan Hpnya, aku selalu berprasangka baik kepadanya, mungkin ada sesuatu yang penting jadi dia masih memegang Hp, kembali aku melanjutkan tadarus, satu lembar... dua lembar... pada saat itu sebenarnya aku sudah tidak sabar untuk menghadapNya, aku ingin segera bersujud kepadaNya, namun aku ingat pahala berjamaah sangat besar jadi aku menunggu temanku itu, hati mulai tidak sabar, hingga akhirnya aku memutuskan jika dalam satu lembar dia tidak bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu aku akan sholat sendiri. Ditengah tadarusku, diapun beranjak dari Hp nya menuju kamar mandi. Pikirku dia langsung mengenakan mukena dan langsung menjadi imam shalatku, namun ketika Hpnya berdering, kembali dia menuju Hp nya. Hati kecilku berteriak “ Wahaiiii manusia!!! Apa kamu tidak malu! Apa kamu tidak sedih.... Allah memanggilmu... kenapa kamu sibuk dengan Hpmu, dia merindukan sujudmu... dia ingin melihat hambanya bersimpuh, namun kenapa kamu memilih panggilan Hpmu daripada panggilanNya....nanti ... jika kamu mati apa yang akan kamu katakan kepadaNya... mungkin di akhirat kelak ketika Allah menanyakan apakah kamu mencintaiNya dan kamu menjawab Ya Aku  mencintaiMu Ya Rab... berkata Allah DUSTA!!! KAU DUSTA!!!, KAMU BILANG MENCINTAIKU TAPI KENAPA DI SAAT AKU MEMANGGILMU KAU HIRAUKAN PANGGILAN ITU!!!”
Satu lembar sudah aku tadarus, hingga akupun segera berdiri dan melaksanakan Sholat Isya sendiri... ya sendiri... sementara dia kembali sibuk dengan Hpnya...
Aku hanya bisa berdoa untuk  teman-teman yang aku mencintainya karenaNya... Ya Allah.. berikanlah hidayah kepda teman-temanku yang belum mendapatkan hidayah... berikanlah kesadaran kepada teman-temanku bahwasanya betapa besar karuniaMu... Ya Allah ampunilah dosa-dosa teman-temanku.... doa inilah yang sering aku panjatkan ketika selesai sholat fardu, aku berharap doa yang kupanjatkan berdampak kepada teman-temanku yang berada dimana saja yang karenaNya aku mencintainya.
Hari ini.... begitu banyak pelajaran yang aku dapatkan, aku sangat bersyukur karena Allah memebrikan rasa takut kepadaku, terimaksih ya Allah ... karena rasa takut itu... aku semakin ingin mendekatiMu... Allahku... Istiqomhkan Aku di Jalanmu...

Saturday, November 1, 2014

“Untuk sahabtku Bendum Putra ”





Pagi ini, aku sengaja menuliskan semua nomor Hp ke laptop agar aku mengetahui mana saja nomor yang aktif dan tidak, ketika aku sedang asyik sambil mendengarkan lagu Nasyid, aku melihat nomor sahabatku ketika SMA dulu, tiba-tiba saja aku teringat dengan dia, sahabat yang sekarang menghilang entah kemana, hampir tiga tahun aku tidak bertemu dengannya, sekarang aku sangat merindukannya, aku tidak tahu dia berada dimana sekarang. Akhirnya ku raih Hpku yang satunya dan aku mulai menghubungi nomor sahabatku itu. beberapa detik kemudian tak di sangka Telvonnya tersambung, dengan  sigap aku langsung matikan Hpku. Sebenarnya aku was-was apakah  ini benar nomor sahabtku karena sudah lama sekali. Akhirnya dengan yakin aku mengirimkan sebuah pesan untuk meyakinkan bahwa nomor ini benar nomor sahabatku. Tak lama setelah aku kirim, tidak ada balasan sama sekali, hingga akhirnya dengan memberanikan diri kembali aku menghubungi nomor itu.  telvonnya tersambung namun tidak di angkat. Akupun akhirnya menyerah, mungkin dia sudah lupa kepadaku, tapi tidak ap-apa dia lupa padaku, namun di sini aku selalu mengingatnya.
Sahabat... betapa rindu ini memuncak, aku tidak bisa menahan kerinduan ini lagi sebenarnya, namun apalah daya kerinduan ini hanya aku bisa ucapkan kepada Sang maha pemilik rindu. Sahabat ... hampir tiga tahun kita berpisah, semenjak perpisahan Sma dulu... aku tidak bisa menghubungimu lagi, dimana kamu sekarang sahabatku, aku sangat merindukanmu... apa kamu tidak ingat perjuangan ketika SMA dulu... apa kamu tidak ingat kita berjuang bersama-sama memajukan Pramuka sekolah... Sahabat jujur saja ketika aku mengingat masa itu, aku menangis ...
Sahabat... dimana sekarang kamu berada, aku ingin bertemu denganmu lagi... aku merindukanmu... sangat merindukanmu... satu kenangan yang tidak akan pernah ku lupa, kamu ingat ketika LPJ dulu, kita berbahagia karena kita sudah bisa menjalankan amanah dengan baik, jika kamu perempuan tentu kita akan berpelukan dan saling menepuk bahu, namun karena kamu laki-laki aku hanya bisa berjabat tangan, melalui perantara bendera merah putih tangan kita bisa bersalaman, walaupun tidak menempel kulit dengan kulit hanya dengan bendera tapi... aku merasakan betapa bahagianya dirimu ketika itu...
Sahabat... melalui tulisan ini aku berharap kamu tau betapa sahabatmu di sini sangat merindukanmu.
Untuk teman-teman yang mempunyai sahabat, jangan sia-siakan sahabatmu itu, berbuatlah baik kepada mereka, jangan sampai menyesal nantinya, karena kehilangan sahabat sungguh sangat menyakitkan.
Bersyukur dan berterimakasihlah kepada Allah, karena Allah belum mengabil sahabat dari  teman-teman.

Dauroh Luar Biasa




DAUROH LUAR BIASA
Khansa S@F

Sebenarnya tiga hari  sebelumnya ka Lia sudah memberitahu kalau komisariat yang terletak di daerah mampang itu akan mengadakan dauroh, tentu saja ini kesempatan untukku karena dauroh yang di adakan oleh kampusku tidak aku ikuti karena ketika itu bentrok dengan acara kampus. “ ini kesempatan mu De, ikut aja biar cepet jadi pengurus yang sah hehehe” rayu ka Lia. Tidak ada persiapan yang matang, karena memang sedikit mendadak. Akupun sempat berpikir dua kali, apakah aku ikut atau tidak.
            “ Ikut aja sih De...” Saran dari Ka Dahlia.
            “ Tapi Ka, dari kampus tidak ada yang ikut, masa Cuma Aku sendiri...” Suaraku lirih.
            “ Ya ampun De... di sana nanti banyak ko temen-temen dari kampus lain...” Suara Ka Dahlia meyakinkan.
             Tapi Ka...” Suaraku terputus
Belum sempat Aku selesaikan kalimatku, Ka Dahlia segera angkat bicara.
            “ Ikut Ya... Biar cepet jadi pengurus” sambil sedikit tertawa.
“Hmmm... lagi-lagi alesannya karena itu” bisik hatiku.
            “ Yasudah Aku ikut!” Dengan nada sedikit semangat.
Dengan mengucap Bismillah Akupun memutuskan untuk mengikuti kegiatan Dauroh itu, walaupun pada saat itu  belum ada persiapan sama sekali, namun dengan adanya sedikit keyakinan dalam hatiku, rasa ragu dalam hati akhirnya pergi sudah.
            “ Nanti Kaka daftarin kamu, dan untuk barang-barang yang harus di bawanya, biar kaka tanya panitia dulu Ya...” Suara Ka Lia begitu semangat.
            “ Iya Ka...”  Jawabku tanpa ekspresi.
***
Hari H itu akhirnya tiba, dan pada saat itulah terjadi kegundahan dalam hatiku. Bukan karena barang-barang yang harus di bawa kurang, bukan karena aku sendiri perwakilan kampus, bukan juga karena badang kurang fit, tapi karena sebuah informasi itu aku sangat gundah. Pada saat itu Ka Lia setia menemaniku, barang-barang yang kurang, Ka Lia membantu mempersiapkan.
            “ Karton belum beli Ka...” Suaraku sambil terus memeriksa perlengkapan yang lain.
            “ Selain itu De...? “ Tanya Ka Lia Waspada.
            “ Air mineral1 ½ liter Ka...” Jawabku
            “ Selain itu De...? Tanya Ka lia sambil memainkan Hp, sepertinya dia sedang berkirim pesan dengan panitia yang di sana.
            “ Sudah Ka...” Jawabku.
            “ Yasudah, ayo kita berangkat, biar karton dan air mineral sambil jalan saja” Saran Ka Lia.
            “ Oke Ka...”
Entah mengapa pada saat di perjalanan, timbul sebuah pertanyaan, yang sebenarnya ada sedikit penyesalan, kenapa pertanyaan itu aku lontarkan pada saat aku sudah di perjalanan.
“ Ka...” Tanyaku.
“ Iya De?” sambil terus mengendarai sepeda motor.
“ Akhwatnya ada berapa orang Ka?” Tanyaku penasaran.
“ Ada satu De, kalau kamu ga ikut dia juga ga mau ikut” Suaranya sedikit tidak jelas karena berpasapasan dengan angin.
“ Loh Ko Cuma berdua doang?”  Tanyaku Penasaran.
“ Iya De, sebenarnya yang ngadain dauroh Kampus khusus laki-laki De hehehe...” Jawab Ka Lia tanpa dosa.
Mendengar jawaban dari Ka Lia, tiba-tiba saja aku teringat perbincanganku dengan ka Dahlia tiga hari yang lalu, saat ka Dahlia main ke Kosanku, ketika aku menyebutkan yang mengadakan kegiatan dauroh kampus yang derada di daerah mampang itu, wajah ka Dahlia terlihat kaget dan setelah itu dia sedikit tersenyum, aku tanya memamngnya kenapa, dia malah menjawab tidak ada apa-apa.
            “ Kaka.... Aku ga jadi ikut!” Suaraku sedikit berteriak.
            “ Gak apa-apa De ikut aja, udah nanggung..., kasian akhwat yang di sana sedang menunggu kita” Suara Ka Lia .
            “ Tapi Ka...”Suaraku terputus
            “ Ini Kamu tervon panitianya, bilang siapa saja akhwatnya.” Sambil menyodorkan Hpnya kepadaku.
Dengan sigap, akupun segera menghubungi panitia yang mengadakan kegiatan Dauroh itu.
            “ Hallo... assalamu’alaikum...” Salamku membuka perbincangan.
            “ Wa’alaikumsalam...” Jawabnya.
Sebelum dia menanyakan “ini dengan siapa ya?” setelah salamku di jawab, segeraku memeprkenalkan diri.
            “ Ka saya Riri, saya yang mau ikut acara Dauroh itu...”
            “ oh iya... Riri sekarang sudah di mana , kita sudah mau berangkat”
            “ Riri sekarang lagi di perjalanan Ka, Kata Ka Lia, akhwatnya Cuma satu doang Ya?” Tanyaku dengan penuh selidik.
            “ Engga ko Ri, kan ada kamu juga, nanti juga ada panitiA akhwatnya...” Jawabnya menenangkan.
            “ Beneran Ka?” Tanyaku masih penuh dengan selidik
            “ Iiyaa.. tapi kalau panitia  akhwatnya mungkin ga nginep” Jawabnya ragu-ragu.
            “ Riri ga jadi ikut aja Ka” Suaraku pasti.
            “ Jangan begitu Ri, kasihan ni ada satu akhwat, dia ga mau berangkat sebelum ada kamu... tidak apa-apa ko berdua juga, pokoknya kita masih nunggu Riri di sini ya...” Jawabnya.
Pada saat itu aku di landa kebingungan, di satu sisi aku ingin mengurungkan niatku unyuk ikut kegiatan dauroh itu karena melihat jumlah akhwatnya yang sangat begitu sedikit. Tapi di satu sisi jika aku tidak ikut, aku kasihan kepada satu akhwat yang sekarang sudah berada di kampus daerah mampang itu. kembali hatiku berbisik ” Ya Allah harus bagaimana ini... “
            “ De ikut aja Ya, ada Kaka ko tenang aja, lagian sudah tanggung bentar lagi sampai” Suara Ka Lia menenangkan.
            “ Yasudah Ka, Ri jadi ikut.
Akhirnya akupun memutuskan untuk tetap ikut.  Kembali lafadz “bismillah” aku ucap.
***
Jika di lihat dari suasananya, hari sudah mulai begitu sore kira-kira jam 4 lewat sedikit aku dan ka Lia sampai di kampus yang berada di daerah mampang itu. tak berapa lama menuggu ada satu ikhwan menghampiri kami, “mungkin ikhwan ini yang tadi berbicara denganku” bisik hatiku.
            “ Udah pada shalat?” Tanyanya ramah.
            “ Belum” Jawab Ka Lia.
            “ Yasudah shalat asar dulu saja, nanti setelah shalat kita langsung berangkat” Terangnya.
Setelah berbincang beberapa saat, aku dan Ka Liapun bergegas untuk melaksanakan shalat asar.Di dalam ruangan yang aku dan ka Lia tempati untuk solat, ada 2 akhwat yang menyapa, dan 1 akhwat yang sedang solat. Ternyata 2 akhwat itu kenal dengan Ka Lia, dan 1 orang akhwat yang sedang solat itu adalah peserta dauroh.
“ Assalamu’alaikum...” sapa Ka Lia kepada 1 akhwat yang baru selesai solat.
“ Wa’alaikumsalam...” jawabnya
“ Namanya siapa De?” Tanya ka Lia ramah
“ Silvi Ka, kaka siapa?” tanyanya.
“ Saya Lia, dan ini Riri, yang mau ikut dauroh juga” terang ka Lia.
Dari percakapan itu, aku dan silvi mulai saling mengenal, aku bercrita banyak kepadanya mengenai persiapanku ikut dauroh, tak kalah cerita diapun juga menceritakan kisahnya sebelum ikut dauroh.
            “ Sepertinya ikhwannya sudah menunggu, ayo...” Ka Lia mengingatkan.
Akhirnyawalaupun sedikit kecewa karena jumlah akhwatnya minoritas, tapi tetap aku ikuti kegiatan dauroh itu.  ada sebagian yang menggunakan motor dan sebagian menggunakan angkutan umum yaitu naik metro, aku, silvi, Ka Lia, dan beberapa ikhwan yang lain menaiki metro 75 menuju pasar minggu. Kembali lafdz ”Bismillah” Aku ucapkan.
***
Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan yang berarti, aku hanya memainkan Hp bututuku, sedangkan yang lain entahlah mereka sedang apa, tapi ada juga yang sedang berbincang santai antara ihwan yang satu dengan ikhwan yang lain, dalam hatiku berkata “ mungkin mereka juga peserta dauro” karena aku degar mereka berbincang mengenai kampus mereka masing-masing
“ Sebentar lagi kita sampai pasar minggu, periksa kembali barang-barang, takut ada yang tertinggal” Suara ka Baim mengingatkan
Setelah kami semua sampai di pasar minggu, perjalanan di lanjut dengan berpindah ke mobil yang ke arah depok. Pada saat itu hari mulai sore, dan sebentar lagi magrib.
Setelah dirasa barang-barang tidak ada yang tertinggal, aku  dan teman-teman yang lain segera turun dari mobil 75 dan menaiki mobil yang jurusan Depok.
            “ Kamu udah bilang Umi abi mu kan De” Tanya Ka Lia memastikan
            “ Iya Ka sudah” jawabku pasti.
Setelah perbincangan itu, kembali keheningan menyapa, hanya suara mesin mobil yang terdengar dan suara angin sore. Sepanjang perjalanan menuju depok ini, aku sedikit terlelap, hingga akhirnya pas aku terbangun, mobil yang aku tumpangi sudah memasuki wilyah depok.Perjalanan berlum selesai sampai di situ, setelah aku dan teman-teman turun  dari mobil yanGaku tumpangi dari pasar minggu, perjalanan di lanjutkan dengan menaiki sebuah angkot kecil, ketika itu hari sudah mulai gelap, dan suara azan magrib sudah terdengar di setiap penjuru. Kali ini ada sedikit perbincangan terdengar, karena mungkin setelah beberapa menit tertidur. Sempat mobil yang aku tumpangi nysar, karena ikhwan yang penunjuk jalan sedikt lupa mengenai rutenya, tapi walaupun begitu pada akhirnya aku dan teman-teman sampai di tempat tujuan. Lafadz ”Alhamdulillah” kembali Aku ucapkan.
***
Episode menarik di mulai, sesampainya di sana, hawa dingin mulai terasa, walaupun memang bukan pegunungan, tapi udaranya sangat sejuk, aku dan teman-teman sampai di lokasi pas setelah suara adzan isa berkumandang. Dengan segera Kak Baim, langsung mengintruksikan untuk melaksanakan shalat.
            “ Alhamdulillah kita sudah sampai, untuk ikhwannya tempatnya di Lokal 2, dan yag akhwat di lokal 1, kita istirahat kemudian Sholat dulu baru kemudian sekitar jam 8 kita kumpul di aula, aulanya di lokal 3 ya...” suara Ka Baim memberi intruksi.
Tanpa berpikir panjang, aku, ka Lia, dan Silvi bergegas menuju lokal 1 untuk menyipan barang bawaan dan langsung menuju tempat wudhu.
            “ Airnya kotor ya De?” Suara Ka Lia di kamar mandi sebelah.
            “ Iya Ka...” Jawabku.
Kebetulan kamar mandinya dekat dengan lokal 1, antara lokal 1 dan kamar mandi hanya terhalang oleh tembok saja, sekitar 5 pintu kamar mandi terjejer dan depannya terdapat tempat wudhu, di pinggirnya sebelum memasuki kamar mandi terdapat tangga melingkar yang sudah karatan, terlihat kamar mandnya begitu sanagt tidak terurus, noda-noda kuning menempel di keramik, dan airnyapun kadang kotor, kadang tidak, dan kadang tidak ada. Aku menyebut kamar mandi misterius, karena memang sangat seram.
Setelah Aku berwudhu dan melaksanakn shalat berjamaan bersama Silvi dan Ka Lia, aku merebahkan badanku di tikar yang sudah di sediakan.
            “ Serem Ya...” suaraku membuka percakapan.
            “ Hehehe...” Jawab Silvi dengan tawanya
            “ kelas segede ini hanya kita bertiga, dan  kalau kita berbicara suara kita bergema...” lanjutku.
            “ Iya... serem...” Silvi angkat bicara.
Sementara itu, Ka Lia hanya tersenyum mendengar percakapan aku dan Silvi.
            “ Kakak sampai acara selesai kan di sini?” Tanyaku ke Ka Lia
            “ Besok Kakak Pulang De...” Jawabnya santai
            “ Ka... jangan pulang, masa kita Cuma berdua di sini, aku takut...” kembali aku angkat bicara.
Saat Aku, ka Lia dan Silvi sedang mengobrol, terdengar ketukan pintu dan suara ikhwan mengucap salam, ternyata ikhwan yang mengetuk pintu tadi membawakan kami 3 nasi bungkus, dan air.
            “ Setelah selesai makan, langsung ke Aula, acara akan di buka” suara ikhwan tadi di balik pintu.
            “ Iya... syukron...” Jawab Ka Lia.
Rasa takutku sedikit hilang berkat nasi bungkus yang di bawakan ikhwan tadi, mungkin karena efek lapar bulu kudukku berdiri, dan alhamduillah setelah menyantap nasi bungkus rasa takutku sedikit hilang, tapi hanya sedikit yang hilang. Selebihnya aku masih di landa ketakutan.
***
Bahagia sekali mendengar ketua pelaksana mengucapkan  lafadz “ Bismillah” karena itu menandakan acara dauroh sudah di mulai.
            Bismillaahirrahmaanirrahiimm...” suara para peserta Dauroh dan Panitia serentak.
Kebetulan pada hari itu Miladnya organisasi yang aku ikuti sekarang, diralat... tidak ada yang kebetulan, semuanya sudah di atur oleh Allah SWT. Qodarullah acara yang aku ikuti bertepatan dengan miladnya organisasi yang aku ikuti sekarang.
            “ Kita harus lebih semangat ya... ini hari miladnya kita...” suara Ka Baim menggelegar.
            “ Ikhwah Fillah sambil menunggu pemateri datang, kita akan sedikit berdiskusi “ terdengar suara moderator membuka perbincangan.
Ketika itu pemateri datang sedikit terlambat, karena menghadiri miladnya organisasiku, jadi aku dan teman-teman memaklumi, selain itu, karena jarak juga memag jauh, pemateri posisinya di jakarta dan acara dauroh di depok jadi memang di maklumi.
            “ Ngantuk...” Bisik Silvi kepadaku.
            “ Ayo Semangat dong...” jawabku menyemangati walaupun sebenarnya akupun sama-sama mengantuk.
Di tengah diskusi ada satu ikhwan yang menurutku mungkin ikhwan ini seksi konsumsinya karena dia membagi-bagikan makanan ringan.
            “ Nih... makan biar ga ngantuk “ sambil menyodorkan piring yang isinya bermacam-macam kue.
            “ Makasih...” sambil memngambil kue beberapa.
Kalau tidak salah pembahsan diskusi pada saat itu mengenai KB, apakah KB dalam islam di bolehkan. Tentu saja ada yang pro dan kontra, diskusi malam itu semakin seru, tapi saat sedang seru-serunya pematrinya datang, hingga diskusipun di hentikan.
            “ Karena pemateri sudah datang, diskusi kita akhiri, nanti kita lanjut lagi, pokoknya siapkan argumen kalian ya...” Sura Ka Baim.
Jam sudah menujukan pukul 10 malam, dan pada saat itu alhamdulillah pematerinya tidak membosankan, jadi yang tadinya mengantuk jadi tidak mengantuk. Bahkan malah lebih semangat.
            “ Jika saya mengatakn pemuda, kalian harus jawab Bangkit oke...” suara pemateri bersemangat.
            “ Oke...” Jawab peserta termasuk Aku semangta juga.
            “ Baik, kita tes dulu ya..., PEMUDA !!!” Teriak pemateri.
            “ BANGKIT!!!” Suara peserta menggelegar.
Saking semangatnya, ketika panitia mengatakan waktu habis, kita bersorak dengan nada kecewa
            “ Yahhhh.... padahal kita lagi semnagat ya...”
            “ Insya Allah besok ada materi-materi yang lebih menantang lagi, sekarang waktunya istirahat...” Kata Ka Baim.
Setelah ucapan salam dari ka Baim, semua pesertapun meninggalkan Aula menuju lokalnya masing-masing. Malam mulai larut semakin aku tidak bisa memejamkan mata, entah apa yang ada di benakku saat itu, tapi alhamdulillah setealh aku lafadzkan terus menerus ayat kursi, dan memohon perlindungan kepada Allah, mata yang lelah mulai menutup hingga akupun tertidur dalam lingunganNya.
***
Sura ayam terdengar samar-samar, Akupun terbangun dan melaksanakan Ibadah Shalat subuh, suasananya begitu tenang, suara jangkrik mulai tidak terdengar. setelah shalat subuh, Aku, Ka Lia dan Silvi berniat berkeliling untuk berolahraga.
            “ Suasananya beda sekali dengan Jakarta” Suaraku membuka perbincangan.
            “ Iya... di sini damai...” Kata Silvi.
Memang tentram dan damai, aku sangat betah berada di tempat ini, pondok pesantren berbaris-baris, suara santri terdengar bergema melafadzkan bacaan Al-Qur’an. Sangat dan sangat Damai, penduduknya sopan, berpakain Rapi ahh... teringat suasana kampungku dulu... ya... dulu... para santri hilir mudik mengaji... setiap hari selasa subuh terdengar suara santri sedang muhadatsah sambil berjalan kaki. Aku merindukan kampungku yang dulu... tapi ... sekarang suasana itu hilang entah kemana.
            “ Sudah agak siang nih.. ayo kembali ketempat dauroh...” Suara Ka lia memperingati.
Akhirnya dengan segera Aku, Silvi dan Ka Lia, kembali ketempat dauroh utnuk bersih-bersih, sarapan, dan setelah itu kembali mendengarkan materi.
***
3 nasi bungkus sudah tersedia di ruangan lokal 1,  kembali lafadz “Alhamdulillah” Aku ucap.
            “ Tau saja kalau kita sedang Lapar hehehe...” Seru Silvi
            “ Mau makan dulu apa mandi dulu ?”  Suara Ka Lia memberi pilihan
            “ Makan dulu Ka, nanti baru deh mandi “ Jawabku
Kami bertiga menyantap nasi bungkus yang masih hangat itu, tentu saja rasa syukur menyelimuti.
            “ Kakak duluan Ya De, nanti gantian aja...” smabil menyaiapkan peralatan untuk bersih-besih.
            “ Iya Ka...” Jawabku dan Silvi sambil terus melahap sarapan pagi.
Sedang asyik menyantap hidangan, kembali terdengar ketukan pintu dan ucapan salam dari ikhwan.
            “ Assalamu’alaikum...”  Salam Ikhwan dari balik pintu
            “ Wa’alaikusalam...” Jawabku dan Silvi serentak
            “ Akhwatnya... nanti setelah sarapan dan bersih-besih segera ke Aula, karena akan ada materi lagi...” jelasnya.
            “ Iya... makasih Ka...” Jawab Silvi
            “ Afwan assalamu’alaikum...”
            “ Wa’alaikumsalam...” Jawabku dan Silvi
Setelah sarapan dan bersih-bersih Aku, Ka Lia, dan Silvi bergegas memasuki Aula untuk emdengarkan Materi selanjutnya. Di tengah materi, Ka Lia berpamitan utnuk pulang, ada rasa sedih menggelayut di hati, karena Ka Lia akuan pulang itu artinya nanti tinggal aku dan Silvi
            “ Kaka... jangan pulang...” sambil memancarkan raut sedih
            “ Kakak harus pulang De, ada tugas yang harus kaka selesaikan... baik-baik ya De...” 
Akupun bersalaman dengan Ka Lia, dan Ka Liapun akhirnya meninggalkanku dan Silvi.
Kejadin itu membuatku tidak konsen mendengarkan materi, tapi... kembali aku berpikir, aku harus sungguh-sunguh mrngikuti acara dauroh ini, karena aku sudah mengorbankan waktu dan kegiatan lain demi mengikuti acara dauroh ini. Setelah beberapa saat bersedih, akupun kembali fokus mendnegarkan materi yang ke dua ini.
***
Adzan zuhur berkumandang, akhirya waktu istirahat tiba. Aku dan Silvi sanagt kaget ketika  masuk ke lokal 1 tempat dimana aku dan Silvi istirahat,ada 3 orang akhwat yang sedang rebahan.
            “ Assalamu’alaikum...” Sapa salah satu akhwat.
            “ Wa’alaikumsalam...” jawabku dan Silvi
            “ Kalian Cuma berdua saja Ya...?” Tanya Ka Meri
            “ Iya Ka... kaka mau nginep kan di sini?” tanyaku penuh harap.
            “ Enngga, kami hanya menengok saja heheh ini juga di suruh Baim” Jawab Ka Rara.
            “ Yahh... ka nginep aja dong, kami hanya berdua...” suara Silvi memelas.
            “ Iya Ka, kami takut di sini... “
            “ Hehehe... engga bisa De maaf ya...”
Sebenarnya aku kecewa, tapi ya mau bagaimana lagi mereka bertiga datang hanya untuk melihat kondisi saja itupun ka Baim yang meminta, tapi tidak apa-apalah setidaknya ada yang menengoki Aku dan Silvi.
“ Assalamu’alaikum...Akhwatnya... ini nasi bungkusnya” terdengar suara Ikhwan di balik Pintu
“ Wa’alaikumsalam... syukron Akh” Jawan Silvi.
Setelah kenyang dan sudah melaksanakn shalat zuhur adku dan Silvi kembali ke Aula, untuk mengikuti materi selanjutnya. Sementara itu 3 orang akhwat yang berkunjung itu erpamitan untuk pulang. Aku dan Silvi tidak tahu akpan mereka pulang, tapi kata Ka Baim, mereka pamitan pulang ketika Aku dan Silvi sedang di Aula.
***
Sebelum masuk ke Materi, pemateri mengajukan pertanyaan kepada peserta yang menurutku pertanyaan yag sangat menyindirku.
“ Siapa di sini yang setiap hari membaca Al-Qur’an? “ Tanyanya.
Belum ada yang menjawab, kembali pemateri itu mengajukan pertanyaan.
            “ Siapa yang ngjinya sehari 1 juz? 2 juz? Antum berapa juz” sambil menunjuk kepada slaah satu ikhwan.
Jawabannya  bermacam-macam, ada satu ikhwan yang membuatku kagum kepadanya smapai sekarang akupun tidak tahu siapa ikhwan itu, aku kagum ketika pemateri bertanya berapa juz membaca Qur’an dalam sehari. Ada satu orang ikhwan yang menjawab, dia membaca setiap hari utin 2 juz, masya Allah, aku malu mendengarnya. Semenjak kejadian itu aku mencoba membaca Qur’an 2 juz walaupun kadang tidak saapi 2 juz, tapi aku berazzam pasti aku juga bisa melakukannya walaupun butuh proses.
            “ Nah... inilah problem umat sekarang, hanya sedikit orang Islam yang mau mempelajari Qur’an, membacanya saja malas apalagi mempelajarinya...” kata pemateri.
Para peserta dan panitia mendengarkan pemateri dengan seksama,  hingga tak terasa azan asar berkumandang.
            “ Nanti setelah shalat asar, langsung kembali ke Aula ya...”
            “ Iya...” Jawab perserta serentak.
            “ Syukron, Assalamu’alaikum...” salam moderator.
            “ Wa’alaikumsalam...” jawab peserta serentak.
Setelah peserta kembali berkumpul di Aula, diskusi yang sempat tertunda akhirnya di buka lagi, sore itu Aula sangat gaduh, karena semakin sore diskusi semakin seru, diskusi itu di moderatori oleh Ka Baim, dan hampir semua baik perserta dan panitia berpendapat. Termasuk Aku dan Silvi. Alhamdulillah diskusinya berjalan lancar dan seru walaupun memang ada ketegangan-ketegangan, tapi ketegangan itu bisa di lerai. Hingga tak terasa azan magribpun berkumandang.
“ Baik ikhwah fillah sekalian, silakan bersih-bersih, dan shalat berjamaan, nanti setelah pukul 8 malam, kembali ke aula” kembali Ka Baim meperingati.
Tidak seperti malam kemarin yang berlarut-larut, malam ini entah kenapa ketika jam menunjukkan pukul 10 malam, para peserta di haruskan istirahat padahal materinya cukup menarik.
            “ Pokoknya setelah ini, tidak ada yang berkeliaran lagi, semuanya harus tidur” kata moderator di akhir acar.
Aku sudah menyangka, pasti malamnya akan di bangunkan, sudah sangat terlihat jelas dengan bukti-bukti yang ada.
            “ Mengerti...?” Tanya moderator kepada para peserta.
            “ Mengerti...” Jawab peserta serempak.
Akhirnya aku, silvi dan peserta lain meninggalkan aula untuk beristirahat.
            “ Pasti malam akan di bangunkan” kataku kepada silvi sambil mempersiapkan alas utnuk tidur.
            “ Iya... aku juga berpikir sperti itu” Jawab  Silvi.
Ketika kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ikhwan salam yang sedikit berbisik.
Mendengar itu aku dan silvi bergegas menuju pintu.
            “ Akhwatnya, nanti sepatunya langsung di pakai ya... dan bawa peralatan yang kemarin di suruh bawa, nanti malam sekitar jam 2 akan di bangunkan, siap-siap” kata ikhwan di balik pintu dengan sidkikit berbisik.
            “ Iya Ka...” Jawabku dan Silvi
Benar saja dugaanku dan Silvi, bahwa nanti malam akan di bangunkan. Sepanjang kegiatan yang pernah aku ikuti, belum pernah ada panitia yang membocorkan bahwa akan dibangunkan malam-malam, baru kali ini aku mengikuti kegiatan seperti ini, sangat mengasyikan hehehe...
            “Aku mau pasang alarm jam 2 Sil, kamu juga ya...”
            “ Iya, ayo kita tidur cepat, biar bangun cepat” saran Silvi
            “ Oke...” Jawabku.
Setelah mengucapkan doa tidur dan memohon perlindungan kepada Allah, aku dan Silvipun mulai memejamkan mata.
***
Pukul 2 dini hari alarm berbunyi...
            “ Sil... Sil... Bangun...” bisikku kepada Silvi
            “ Hmm... Iya.. emang udah jam 2 ya? Cepat sekali...” Sambil mengucek mata
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara ikhwan mengucapkan salam dengan sura sedikit berbisik.
            “ Assalamu’alaiku... akhwatnya... bangun... Bangun...”
            “ Iya Ka, kami sudah bangun “ Teriaku.
            “ Stt... Jangan berisik... sudah bawa perlengkapannya kan?” Tanyanya masih dengan suara sedikit berbisik.
            “ Iya Ka, tapi belumpakai sepatu...” Jawabku
            “ Yasudah pakai sepatunya dulu, cepat Ya...” masih dengan suara sedikit membisik
            “ Sudah Ka...” Jawab Aku dan Silvi
            “ Seakarang anti jalan menuju lapangan yang berada di atas, taukan? “
            “ Iya Ka Tau” jawab Kami.
            “ Tidak usah di antar ya...”
            “ Iya Ka...”
            “ Yasudah  sekarang...”
            “ Baik Ka”
Setelah mendapat intrupsi berlari meuju lapangan, aku dan Silvi bergegas kesana, dan setelah kira-kira lima menit kami berada di lapangan, suara dahsyat terdengar di bawah tempat peserta ikhwan tidur.
            “ TOK...TOK...TOK... BANGUNNN!!!! HITUNGAN MUNDUR 10 SAMPAI 1, JIKA TIDAK SEGERA KUMPUL DI LAPANGAN AKAN DI HUKUM!!!! SEPULUH...!!! SEMBILAN!!!...”
Kegaduhan mulai terdengar, hitungan mundur terus diucap oleh ikhwan yang semalam membangunkan Aku dan Silvi dengan lembut, tapi ketika membangunkan ikhwan, suaranya berubah menjadi sangat keras.
            “ AYO.... LIMA!!! EMPAT!!! TIGA!!!...DUA!!! SATU!!!!”
Sementara itu aku dan Silvi melongok melihat para peserta ikhwan yang kala itu ada yang tidak mengenaiakn sandal, ada yang slayer tertinggal, pokoknya lengkap sudah, sehingga, hukumanpun tidak bisa dielakan.
            “ KARENA ADA TEMN KALIAN YANG MELANGGAR DAN TERLAMBAT, MAKA KALIAN SEMUA DI HUKUM!!! TERMASUK AKWATNYA!”
            “ Baik, ikhwannya ambil posisi dan akhwatnya juga, ikhwan pus up dan akhwat banding” ujar ka Baim
            “ mulai dari hitungan pertama SATU!... “
            “ SATU!” suara peserta serempak
Smapai hitungan sepuluh, akhirnya peserta diperbolehkan untuk berdiri kembali, setelah mendapatkan hukuman, panitia membagi 2 kelompok, karena akhwatya hanya ada dua, jadi aku di kelompok satu, dan silv di kelompok 2. Pada malam itu seluruh peserta ikhwan di suruh menutup matanya dengan slayer, sementara akhwatnya tidak, karena akhwatnya menjadi ketua dalam kelompok untuk menunjuki jalan.
            “ Nanti ada 5 pos, anti berdua yag menjadi penunujuk jalan...” terang panitia ikhwan yang aku tidak tahu namnaya.
            “ Untuk intruksi, jika kanan jangan bilang kanan melainkan ada kodenya”
            “ kodenya apa ka?” tanyaku penasaran
            “ jadi kode untuk kanan ayam, kiri bebek ...” terang terang panitia ikhwan yang aku tidak tahu namnaya.
Setelah dijelaskan akhirnya proses pencarian pos pun di mulai, aku kebagian menjadi kelompok satu, dan kalau tidak salah terdapat 5 orang ikhwan. Aku bingung dan kasian melihat ikhwan-ikhwan kelompokku, tapi kadang ingin tertawa karena melihat tingkah lucu mereka ketika salah mendengar intruksi dariku. Tapi walaupun begitu, akhirnya 5 pos kami lalui bersama dengan lancar. Seperti di dauroh dauroh biasanya, setiap pos di tanya materi yang sudah di ajarkan, dan tentu saja setoran hafalan yang sudah  di tugaskan. Yang paling berkesan ketika malam itu ialah, ketika ka Baim menyakan kenapa Kita termauk diriku mengkuti kegiatan Dauroh ini, apa sebenarnya yang kami cari di sini, dan kenapa kami memilih organisasi ini, tentu saja, ada begitu banyak jawaban yang berbeda-beda dan sangat menarik. Hingga tak tersa suara ayam berkokok dan azan subuh menggema. Kegitan ekpedisi malampun berahir.
***
Aku dan Silvi sengaja mengenakan baju lapangan, karena sebelum ekpedisi semalam itu berakhir, panitia mengintruksikan untuk menggunakan pakaian lapangan, karena akan di adakannya out bound. Tidak kalah juga peserta ikhwannya yang juga mengenakan pakain lapangan tapi ada juga yang mengenakan pakain kaos biasa.
            “ Assalamu’alaikum...” salam ikhwan di balik pintu.
            “ Wa’alaikum salam” jawan aku dan Silvi
            “ Akhwtnya ini sarapannya, nanti setelah sarapan, langsung ke Aula ya...”
            “ Iya aka... makasih Ka”
Setelah ikhwan yang mengantar sarapan sekaligus info itu pergi, aku dan Silvi bergegas menyantap sarapan, sambil diselingi dengan diskusi kecil.
            “ Sil, makannnya enak-enak mulu ya hehehe...”
            “ Iya Ri, masa tiap hari nasi padang terus, ini nanti pulang dari dauroh nambah subuh bukan kurus heheh...”
            “ Iya Sil betul...”
            “ Oya Ri, giaman semalam seru ?” Tanya Silvi
            “ Iya Sil, aku ketawa terus, habisnya lihat ikhwan kelompokku yang kebingungan dengan intruksiku hehehe”
            “ Iya Ri masa karena intruksiku hampir ada satu ikhwan yang mau jatuh ke sungai hahaha”
            “ Waahh parah kamu Sil...”
Setelah sarapan, aku dan silvipun bergegas menuju aula.
***
Hari ini hanya ada dua materi yang tersisa, tidak terasa siang nanti acara dauroh ini akan selesai.
            “ Ikhwah Fillah sekalian, setelah materi pertama ini, akan dilanjutkan dnegan materi yang akan mengurs tenaga fisik kalian, jadi persiapkan mental yang kuat oke” sahut moderator.
Pemateri yang terakhir ini, kata orang mirip dengan pak fakhri hamzah, beliau memebrikan materi manajemen aksi. Materi yang terakhir. Hanya sedikit penjelasan yang diberikan selebihnya para peserta di suruh kelapangan untuk aksi. Tapi sebelum turun ke lapangan, aku   aku dan para peserta yang lain membagi peran dan mempersiapkan peralatan apa saja yang di butuhkan pada saat aksi nanti, mulai dari karton, spidol dan masih banyak lagi. Setelah semuanya sudah siap, seluruh panitia dan peserta bergegas menuju lapangan. Materi kali ini emang benar-benar membutuhkan fisik dan mental yang kuat karena benar-benar berhadapan langsung dengan panitia. Sementara itu ada beberpaa panitia yang sedang menyiapan ola air untuk di lempar ke peserta. Tentu saja karena Aku dan Silvi akhwat, jadi tidak mengikuti aksi sampai selesai, malah kami berdua di panggil panitia untuk membantu melempar bola air kepada para peserta ikhwan dan panitia yang sedang aksi di sana. Target lemparanku bukan kepada ikhwan peserta melainkan kepada panitia, karena bagaimanapun rasa kebersamaan masih tetap ada , yaitu sama-sama jadi peserta hehehe...
Kegiatan dilanjutkan dnegan out bound, di outbound ini kelompoknya masih sama dengan ekpedisi semalam, lagi-lagi sangat mengasikan.
            “ disini terdapat 5 permainan, dan kalian semua harus mengikuti semuanya...” intrupsi ka Baim.
            “ Iya Ka” teriak peserta.
Setelah mendapat arahan, permainan outbound pun di mulai, mulai dari permainan otak,hingga kotor-kotoran, tapi Alahamdulillah Aku dan Silvi tidak ikut kotor-kotoran karena mengingat Aku dan Silvi akhwat hanya berdua hehehe...
Rasa lelah menyelimuti tiap peserta dan panitia, acara outbound selesai, dan kami semua berkumpul di bawah pohon kelapa, di sana ka Baim dan panitia yang lain meminta evalusai dari para peserta mengenai acara outbound tadi. Tentu saja ada yang memberikan kesan postif dan negatif, dan semua itu tercapur dalam indahnya ukhuwah. Setelah kegiatan outbound itu, kami semua bergegas untuk bersih-bersih dan membereskan barang-barang, karena acara dauroh akan berakhir.
***
Tiba di lokal satu yaitu tempat aku dan Silvi beristirahat, terlihat 2 bungkus nasi dan di sampingnya terdapat 2 potong semangka, ternyata itu jatah makan siang terakhir, karena acara dauroh akan segera selesai, terlihat spesial di bandingkan dengan hari-hari biasanya.
“ Alhamdulillah ya... makan siang terakhir istimewa...”
“ Iya hehehe...”
Aku dan Silvipun menyantap makan siang spesial terakhir di kegiatan Dauroh.
***
Acara di tutup dengan pemutaran film, foto bersama, memberi pesan kesan dan di akhiri dengan lafadz “alhamdulillah menandakan kegiatan dauroh sudah selesai. Begitu banyak pelajaran berharga yang bisa aku petik dari kegiatan itu. selain ikatan ukhuwah yang kuat itu pasti, juga kebersamaan dan kebaikan baik panitia maupun para peserta semua, kesopanan di tonjolkan, rasa menghargai di teggakkan. Aku bersuukur bisa mengikuti kegiatan dauroh yang di adakan oleh kampus yang beada di daerah mampang itu, walaupun tadinya aku kecewa karena aku tidak tahu ternyata kampusnya khusus ikhwan saja, tapi dai situ aku mendapatkan pengalaman baru yang mungkin tidak di rasakan oleh akhwat-akhwat yang lain. Walaupun memang ada sedikit rasa ketakutan karena akhwat yang benar-benar minoritas, tapi sangat di hargai. Itu baru dari segi panitianya, belum lagi dari pematerinya yang begitu menginspirasi. Setelah kegiatan itu ada niatan utnuk membangun organisasi ini, namun pasti dan memang pasti banyak halng rintang yang mesti di hadapi, karena syaitan tidak menyukai kebaikan. Tapi walaupun begitu aku berusaha untuk terus berjuang di jalan ini, walaupun memang begitu banyak rintangan yang mesti ku hadapi. Aku hanya bisa berdoa, kepada Rabbku utnuk terus meridhoi setiap langkah ini. Aku ucapkan terimakasih kepada Ka Lia, Silvi, peserta Ikhwan dan panitia, terimakasih banyak sudah memberikan pelajaran berharga kepadaku.