DAUROH
LUAR BIASA
Khansa S@F
Sebenarnya
tiga hari sebelumnya ka Lia sudah
memberitahu kalau komisariat yang terletak di daerah mampang itu akan
mengadakan dauroh, tentu saja ini kesempatan untukku karena dauroh yang di
adakan oleh kampusku tidak aku ikuti karena ketika itu bentrok dengan acara
kampus. “ ini kesempatan mu De, ikut aja biar cepet jadi pengurus yang sah
hehehe” rayu ka Lia. Tidak ada persiapan yang matang, karena memang sedikit
mendadak. Akupun sempat berpikir dua kali, apakah aku ikut atau tidak.
“ Ikut aja sih De...” Saran dari Ka
Dahlia.
“ Tapi Ka, dari kampus tidak ada
yang ikut, masa Cuma Aku sendiri...” Suaraku lirih.
“ Ya ampun De... di sana nanti
banyak ko temen-temen dari kampus lain...” Suara Ka Dahlia meyakinkan.
“ Tapi Ka...” Suaraku terputus
Belum
sempat Aku selesaikan kalimatku, Ka Dahlia segera angkat bicara.
“ Ikut Ya... Biar cepet jadi
pengurus” sambil sedikit tertawa.
“Hmmm... lagi-lagi alesannya
karena itu” bisik hatiku.
“ Yasudah Aku ikut!” Dengan nada
sedikit semangat.
Dengan
mengucap Bismillah Akupun memutuskan
untuk mengikuti kegiatan Dauroh itu, walaupun pada saat itu belum ada persiapan sama sekali, namun dengan
adanya sedikit keyakinan dalam hatiku, rasa ragu dalam hati akhirnya pergi
sudah.
“ Nanti Kaka daftarin kamu, dan
untuk barang-barang yang harus di bawanya, biar kaka tanya panitia dulu Ya...”
Suara Ka Lia begitu semangat.
“ Iya Ka...” Jawabku tanpa ekspresi.
***
Hari
H itu akhirnya tiba, dan pada saat itulah terjadi kegundahan dalam hatiku. Bukan
karena barang-barang yang harus di bawa kurang, bukan karena aku sendiri
perwakilan kampus, bukan juga karena badang kurang fit, tapi karena sebuah
informasi itu aku sangat gundah. Pada saat itu Ka Lia setia menemaniku,
barang-barang yang kurang, Ka Lia membantu mempersiapkan.
“ Karton belum beli Ka...” Suaraku
sambil terus memeriksa perlengkapan yang lain.
“ Selain itu De...? “ Tanya Ka Lia
Waspada.
“ Air mineral1 ½ liter Ka...”
Jawabku
“ Selain itu De...? Tanya Ka lia
sambil memainkan Hp, sepertinya dia sedang berkirim pesan dengan panitia yang
di sana.
“ Sudah Ka...” Jawabku.
“ Yasudah, ayo kita berangkat, biar
karton dan air mineral sambil jalan saja” Saran Ka Lia.
“ Oke Ka...”
Entah
mengapa pada saat di perjalanan, timbul sebuah pertanyaan, yang sebenarnya ada
sedikit penyesalan, kenapa pertanyaan itu aku lontarkan pada saat aku sudah di
perjalanan.
“
Ka...” Tanyaku.
“
Iya De?” sambil terus mengendarai sepeda motor.
“
Akhwatnya ada berapa orang Ka?” Tanyaku penasaran.
“
Ada satu De, kalau kamu ga ikut dia juga ga mau ikut” Suaranya sedikit tidak
jelas karena berpasapasan dengan angin.
“
Loh Ko Cuma berdua doang?” Tanyaku
Penasaran.
“
Iya De, sebenarnya yang ngadain dauroh Kampus khusus laki-laki De hehehe...”
Jawab Ka Lia tanpa dosa.
Mendengar
jawaban dari Ka Lia, tiba-tiba saja aku teringat perbincanganku dengan ka
Dahlia tiga hari yang lalu, saat ka Dahlia main ke Kosanku, ketika aku
menyebutkan yang mengadakan kegiatan dauroh kampus yang derada di daerah
mampang itu, wajah ka Dahlia terlihat kaget dan setelah itu dia sedikit
tersenyum, aku tanya memamngnya kenapa, dia malah menjawab tidak ada apa-apa.
“ Kaka.... Aku ga jadi ikut!”
Suaraku sedikit berteriak.
“ Gak apa-apa De ikut aja, udah
nanggung..., kasian akhwat yang di sana sedang menunggu kita” Suara Ka Lia .
“ Tapi Ka...”Suaraku terputus
“ Ini Kamu tervon panitianya, bilang
siapa saja akhwatnya.” Sambil menyodorkan Hpnya kepadaku.
Dengan
sigap, akupun segera menghubungi panitia yang mengadakan kegiatan Dauroh itu.
“
Hallo... assalamu’alaikum...” Salamku membuka perbincangan.
“ Wa’alaikumsalam...” Jawabnya.
Sebelum
dia menanyakan “ini dengan siapa ya?” setelah salamku di jawab, segeraku
memeprkenalkan diri.
“
Ka saya Riri, saya yang mau ikut acara Dauroh itu...”
“ oh iya... Riri sekarang sudah di mana , kita sudah mau
berangkat”
“
Riri sekarang lagi di perjalanan Ka, Kata Ka Lia, akhwatnya Cuma satu doang
Ya?” Tanyaku dengan penuh selidik.
“
Engga ko Ri, kan ada kamu juga, nanti juga ada panitiA akhwatnya...” Jawabnya
menenangkan.
“
Beneran Ka?” Tanyaku masih penuh dengan selidik
“ Iiyaa.. tapi kalau panitia akhwatnya mungkin ga nginep” Jawabnya
ragu-ragu.
“ Riri ga jadi ikut aja Ka” Suaraku pasti.
“ Jangan begitu Ri, kasihan ni ada satu akhwat, dia ga
mau berangkat sebelum ada kamu... tidak apa-apa ko berdua juga, pokoknya kita
masih nunggu Riri di sini ya...” Jawabnya.
Pada
saat itu aku di landa kebingungan, di satu sisi aku ingin mengurungkan niatku unyuk
ikut kegiatan dauroh itu karena melihat jumlah akhwatnya yang sangat begitu
sedikit. Tapi di satu sisi jika aku tidak ikut, aku kasihan kepada satu akhwat
yang sekarang sudah berada di kampus daerah mampang itu. kembali hatiku
berbisik ” Ya Allah harus bagaimana
ini... “
“ De ikut aja Ya, ada Kaka ko tenang
aja, lagian sudah tanggung bentar lagi sampai” Suara Ka Lia menenangkan.
“ Yasudah Ka, Ri jadi ikut.
Akhirnya
akupun memutuskan untuk tetap ikut.
Kembali lafadz “bismillah” aku
ucap.
***
Jika
di lihat dari suasananya, hari sudah mulai begitu sore kira-kira jam 4 lewat
sedikit aku dan ka Lia sampai di kampus yang berada di daerah mampang itu. tak
berapa lama menuggu ada satu ikhwan menghampiri kami, “mungkin ikhwan ini yang tadi berbicara denganku” bisik hatiku.
“ Udah pada shalat?” Tanyanya ramah.
“ Belum” Jawab Ka Lia.
“ Yasudah shalat asar dulu saja,
nanti setelah shalat kita langsung berangkat” Terangnya.
Setelah
berbincang beberapa saat, aku dan Ka Liapun bergegas untuk melaksanakan shalat
asar.Di dalam ruangan yang aku dan ka Lia tempati untuk solat, ada 2 akhwat
yang menyapa, dan 1 akhwat yang sedang solat. Ternyata 2 akhwat itu kenal
dengan Ka Lia, dan 1 orang akhwat yang sedang solat itu adalah peserta dauroh.
“
Assalamu’alaikum...” sapa Ka Lia kepada 1 akhwat yang baru selesai solat.
“
Wa’alaikumsalam...” jawabnya
“
Namanya siapa De?” Tanya ka Lia ramah
“
Silvi Ka, kaka siapa?” tanyanya.
“
Saya Lia, dan ini Riri, yang mau ikut dauroh juga” terang ka Lia.
Dari
percakapan itu, aku dan silvi mulai saling mengenal, aku bercrita banyak
kepadanya mengenai persiapanku ikut dauroh, tak kalah cerita diapun juga
menceritakan kisahnya sebelum ikut dauroh.
“ Sepertinya ikhwannya sudah
menunggu, ayo...” Ka Lia mengingatkan.
Akhirnyawalaupun
sedikit kecewa karena jumlah akhwatnya minoritas, tapi tetap aku ikuti kegiatan
dauroh itu. ada sebagian yang
menggunakan motor dan sebagian menggunakan angkutan umum yaitu naik metro, aku,
silvi, Ka Lia, dan beberapa ikhwan yang lain menaiki metro 75 menuju pasar
minggu. Kembali lafdz ”Bismillah” Aku
ucapkan.
***
Sepanjang
perjalanan, tidak ada percakapan yang berarti, aku hanya memainkan Hp bututuku,
sedangkan yang lain entahlah mereka sedang apa, tapi ada juga yang sedang
berbincang santai antara ihwan yang satu dengan ikhwan yang lain, dalam hatiku
berkata “ mungkin mereka juga peserta
dauro” karena aku degar mereka berbincang mengenai kampus mereka
masing-masing
“
Sebentar lagi kita sampai pasar minggu, periksa kembali barang-barang, takut
ada yang tertinggal” Suara ka Baim mengingatkan
Setelah
kami semua sampai di pasar minggu, perjalanan di lanjut dengan berpindah ke
mobil yang ke arah depok. Pada saat itu hari mulai sore, dan sebentar lagi
magrib.
Setelah
dirasa barang-barang tidak ada yang tertinggal, aku dan teman-teman yang lain segera turun dari
mobil 75 dan menaiki mobil yang jurusan Depok.
“ Kamu udah bilang Umi abi mu kan
De” Tanya Ka Lia memastikan
“ Iya Ka sudah” jawabku pasti.
Setelah
perbincangan itu, kembali keheningan menyapa, hanya suara mesin mobil yang
terdengar dan suara angin sore. Sepanjang perjalanan menuju depok ini, aku
sedikit terlelap, hingga akhirnya pas aku terbangun, mobil yang aku tumpangi
sudah memasuki wilyah depok.Perjalanan berlum selesai sampai di situ, setelah
aku dan teman-teman turun dari mobil
yanGaku tumpangi dari pasar minggu, perjalanan di lanjutkan dengan menaiki
sebuah angkot kecil, ketika itu hari sudah mulai gelap, dan suara azan magrib
sudah terdengar di setiap penjuru. Kali ini ada sedikit perbincangan terdengar,
karena mungkin setelah beberapa menit tertidur. Sempat mobil yang aku tumpangi
nysar, karena ikhwan yang penunjuk jalan sedikt lupa mengenai rutenya, tapi
walaupun begitu pada akhirnya aku dan teman-teman sampai di tempat tujuan.
Lafadz ”Alhamdulillah” kembali Aku
ucapkan.
***
Episode
menarik di mulai, sesampainya di sana, hawa dingin mulai terasa, walaupun
memang bukan pegunungan, tapi udaranya sangat sejuk, aku dan teman-teman sampai
di lokasi pas setelah suara adzan isa berkumandang. Dengan segera Kak Baim,
langsung mengintruksikan untuk melaksanakan shalat.
“ Alhamdulillah kita sudah sampai,
untuk ikhwannya tempatnya di Lokal 2, dan yag akhwat di lokal 1, kita istirahat
kemudian Sholat dulu baru kemudian sekitar jam 8 kita kumpul di aula, aulanya
di lokal 3 ya...” suara Ka Baim memberi intruksi.
Tanpa
berpikir panjang, aku, ka Lia, dan Silvi bergegas menuju lokal 1 untuk menyipan
barang bawaan dan langsung menuju tempat wudhu.
“ Airnya kotor ya De?” Suara Ka Lia
di kamar mandi sebelah.
“ Iya Ka...” Jawabku.
Kebetulan
kamar mandinya dekat dengan lokal 1, antara lokal 1 dan kamar mandi hanya
terhalang oleh tembok saja, sekitar 5 pintu kamar mandi terjejer dan depannya
terdapat tempat wudhu, di pinggirnya sebelum memasuki kamar mandi terdapat
tangga melingkar yang sudah karatan, terlihat kamar mandnya begitu sanagt tidak
terurus, noda-noda kuning menempel di keramik, dan airnyapun kadang kotor,
kadang tidak, dan kadang tidak ada. Aku menyebut kamar mandi misterius, karena
memang sangat seram.
Setelah
Aku berwudhu dan melaksanakn shalat berjamaan bersama Silvi dan Ka Lia, aku
merebahkan badanku di tikar yang sudah di sediakan.
“ Serem Ya...” suaraku membuka
percakapan.
“ Hehehe...” Jawab Silvi dengan
tawanya
“ kelas segede ini hanya kita
bertiga, dan kalau kita berbicara suara
kita bergema...” lanjutku.
“ Iya... serem...” Silvi angkat
bicara.
Sementara
itu, Ka Lia hanya tersenyum mendengar percakapan aku dan Silvi.
“ Kakak sampai acara selesai kan di
sini?” Tanyaku ke Ka Lia
“ Besok Kakak Pulang De...” Jawabnya
santai
“ Ka... jangan pulang, masa kita
Cuma berdua di sini, aku takut...” kembali aku angkat bicara.
Saat
Aku, ka Lia dan Silvi sedang mengobrol, terdengar ketukan pintu dan suara
ikhwan mengucap salam, ternyata ikhwan yang mengetuk pintu tadi membawakan kami
3 nasi bungkus, dan air.
“ Setelah selesai makan, langsung ke
Aula, acara akan di buka” suara ikhwan tadi di balik pintu.
“ Iya... syukron...” Jawab Ka Lia.
Rasa
takutku sedikit hilang berkat nasi bungkus yang di bawakan ikhwan tadi, mungkin
karena efek lapar bulu kudukku berdiri, dan alhamduillah setelah menyantap nasi
bungkus rasa takutku sedikit hilang, tapi hanya sedikit yang hilang. Selebihnya
aku masih di landa ketakutan.
***
Bahagia
sekali mendengar ketua pelaksana mengucapkan
lafadz “ Bismillah” karena itu
menandakan acara dauroh sudah di mulai.
“ Bismillaahirrahmaanirrahiimm...” suara para peserta Dauroh dan
Panitia serentak.
Kebetulan
pada hari itu Miladnya organisasi yang aku ikuti sekarang, diralat... tidak ada
yang kebetulan, semuanya sudah di atur oleh Allah SWT. Qodarullah acara yang
aku ikuti bertepatan dengan miladnya organisasi yang aku ikuti sekarang.
“ Kita harus lebih semangat ya...
ini hari miladnya kita...” suara Ka Baim menggelegar.
“ Ikhwah Fillah sambil menunggu
pemateri datang, kita akan sedikit berdiskusi “ terdengar suara moderator
membuka perbincangan.
Ketika
itu pemateri datang sedikit terlambat, karena menghadiri miladnya organisasiku,
jadi aku dan teman-teman memaklumi, selain itu, karena jarak juga memag jauh,
pemateri posisinya di jakarta dan acara dauroh di depok jadi memang di maklumi.
“ Ngantuk...” Bisik Silvi kepadaku.
“ Ayo Semangat dong...” jawabku
menyemangati walaupun sebenarnya akupun sama-sama mengantuk.
Di
tengah diskusi ada satu ikhwan yang menurutku mungkin ikhwan ini seksi
konsumsinya karena dia membagi-bagikan makanan ringan.
“ Nih... makan biar ga ngantuk “
sambil menyodorkan piring yang isinya bermacam-macam kue.
“ Makasih...” sambil memngambil kue
beberapa.
Kalau
tidak salah pembahsan diskusi pada saat itu mengenai KB, apakah KB dalam islam
di bolehkan. Tentu saja ada yang pro dan kontra, diskusi malam itu semakin
seru, tapi saat sedang seru-serunya pematrinya datang, hingga diskusipun di
hentikan.
“ Karena pemateri sudah datang,
diskusi kita akhiri, nanti kita lanjut lagi, pokoknya siapkan argumen kalian
ya...” Sura Ka Baim.
Jam
sudah menujukan pukul 10 malam, dan pada saat itu alhamdulillah pematerinya
tidak membosankan, jadi yang tadinya mengantuk jadi tidak mengantuk. Bahkan
malah lebih semangat.
“ Jika saya mengatakn pemuda, kalian
harus jawab Bangkit oke...” suara pemateri bersemangat.
“ Oke...” Jawab peserta termasuk Aku
semangta juga.
“ Baik, kita tes dulu ya..., PEMUDA
!!!” Teriak pemateri.
“ BANGKIT!!!” Suara peserta
menggelegar.
Saking
semangatnya, ketika panitia mengatakan waktu habis, kita bersorak dengan nada
kecewa
“ Yahhhh.... padahal kita lagi
semnagat ya...”
“ Insya Allah besok ada
materi-materi yang lebih menantang lagi, sekarang waktunya istirahat...” Kata
Ka Baim.
Setelah
ucapan salam dari ka Baim, semua pesertapun meninggalkan Aula menuju lokalnya
masing-masing. Malam mulai larut semakin aku tidak bisa memejamkan mata, entah
apa yang ada di benakku saat itu, tapi alhamdulillah setealh aku lafadzkan
terus menerus ayat kursi, dan memohon perlindungan kepada Allah, mata yang
lelah mulai menutup hingga akupun tertidur dalam lingunganNya.
***
Sura
ayam terdengar samar-samar, Akupun terbangun dan melaksanakan Ibadah Shalat
subuh, suasananya begitu tenang, suara jangkrik mulai tidak terdengar. setelah
shalat subuh, Aku, Ka Lia dan Silvi berniat berkeliling untuk berolahraga.
“ Suasananya beda sekali dengan
Jakarta” Suaraku membuka perbincangan.
“ Iya... di sini damai...” Kata
Silvi.
Memang
tentram dan damai, aku sangat betah berada di tempat ini, pondok pesantren
berbaris-baris, suara santri terdengar bergema melafadzkan bacaan Al-Qur’an.
Sangat dan sangat Damai, penduduknya sopan, berpakain Rapi ahh... teringat
suasana kampungku dulu... ya... dulu... para santri hilir mudik mengaji...
setiap hari selasa subuh terdengar suara santri sedang muhadatsah sambil
berjalan kaki. Aku merindukan kampungku yang dulu... tapi ... sekarang suasana
itu hilang entah kemana.
“ Sudah agak siang nih.. ayo kembali
ketempat dauroh...” Suara Ka lia memperingati.
Akhirnya
dengan segera Aku, Silvi dan Ka Lia, kembali ketempat dauroh utnuk
bersih-bersih, sarapan, dan setelah itu kembali mendengarkan materi.
***
3
nasi bungkus sudah tersedia di ruangan lokal 1,
kembali lafadz “Alhamdulillah” Aku
ucap.
“ Tau saja kalau kita sedang Lapar
hehehe...” Seru Silvi
“ Mau makan dulu apa mandi dulu
?” Suara Ka Lia memberi pilihan
“ Makan dulu Ka, nanti baru deh
mandi “ Jawabku
Kami
bertiga menyantap nasi bungkus yang masih hangat itu, tentu saja rasa syukur
menyelimuti.
“ Kakak duluan Ya De, nanti gantian
aja...” smabil menyaiapkan peralatan untuk bersih-besih.
“ Iya Ka...” Jawabku dan Silvi
sambil terus melahap sarapan pagi.
Sedang
asyik menyantap hidangan, kembali terdengar ketukan pintu dan ucapan salam dari
ikhwan.
“ Assalamu’alaikum...” Salam Ikhwan dari balik pintu
“ Wa’alaikusalam...” Jawabku dan
Silvi serentak
“ Akhwatnya... nanti setelah sarapan
dan bersih-besih segera ke Aula, karena akan ada materi lagi...” jelasnya.
“ Iya... makasih Ka...” Jawab Silvi
“ Afwan assalamu’alaikum...”
“ Wa’alaikumsalam...” Jawabku dan
Silvi
Setelah
sarapan dan bersih-bersih Aku, Ka Lia, dan Silvi bergegas memasuki Aula untuk
emdengarkan Materi selanjutnya. Di tengah materi, Ka Lia berpamitan utnuk
pulang, ada rasa sedih menggelayut di hati, karena Ka Lia akuan pulang itu
artinya nanti tinggal aku dan Silvi
“ Kaka... jangan pulang...” sambil
memancarkan raut sedih
“ Kakak harus pulang De, ada tugas
yang harus kaka selesaikan... baik-baik ya De...”
Akupun
bersalaman dengan Ka Lia, dan Ka Liapun akhirnya meninggalkanku dan Silvi.
Kejadin
itu membuatku tidak konsen mendengarkan materi, tapi... kembali aku berpikir,
aku harus sungguh-sunguh mrngikuti acara dauroh ini, karena aku sudah
mengorbankan waktu dan kegiatan lain demi mengikuti acara dauroh ini. Setelah
beberapa saat bersedih, akupun kembali fokus mendnegarkan materi yang ke dua
ini.
***
Adzan
zuhur berkumandang, akhirya waktu istirahat tiba. Aku dan Silvi sanagt kaget
ketika masuk ke lokal 1 tempat dimana
aku dan Silvi istirahat,ada 3 orang akhwat yang sedang rebahan.
“ Assalamu’alaikum...” Sapa salah
satu akhwat.
“ Wa’alaikumsalam...” jawabku dan
Silvi
“ Kalian Cuma berdua saja Ya...?”
Tanya Ka Meri
“ Iya Ka... kaka mau nginep kan di
sini?” tanyaku penuh harap.
“ Enngga, kami hanya menengok saja
heheh ini juga di suruh Baim” Jawab Ka Rara.
“ Yahh... ka nginep aja dong, kami
hanya berdua...” suara Silvi memelas.
“ Iya Ka, kami takut di sini... “
“ Hehehe... engga bisa De maaf
ya...”
Sebenarnya
aku kecewa, tapi ya mau bagaimana lagi mereka bertiga datang hanya untuk
melihat kondisi saja itupun ka Baim yang meminta, tapi tidak apa-apalah
setidaknya ada yang menengoki Aku dan Silvi.
“
Assalamu’alaikum...Akhwatnya... ini nasi bungkusnya” terdengar suara Ikhwan di
balik Pintu
“
Wa’alaikumsalam... syukron Akh” Jawan Silvi.
Setelah
kenyang dan sudah melaksanakn shalat zuhur adku dan Silvi kembali ke Aula,
untuk mengikuti materi selanjutnya. Sementara itu 3 orang akhwat yang
berkunjung itu erpamitan untuk pulang. Aku dan Silvi tidak tahu akpan mereka
pulang, tapi kata Ka Baim, mereka pamitan pulang ketika Aku dan Silvi sedang di
Aula.
***
Sebelum
masuk ke Materi, pemateri mengajukan pertanyaan kepada peserta yang menurutku
pertanyaan yag sangat menyindirku.
“
Siapa di sini yang setiap hari membaca Al-Qur’an? “ Tanyanya.
Belum
ada yang menjawab, kembali pemateri itu mengajukan pertanyaan.
“ Siapa yang ngjinya sehari 1 juz? 2
juz? Antum berapa juz” sambil menunjuk kepada slaah satu ikhwan.
Jawabannya bermacam-macam, ada satu ikhwan yang
membuatku kagum kepadanya smapai sekarang akupun tidak tahu siapa ikhwan itu,
aku kagum ketika pemateri bertanya berapa juz membaca Qur’an dalam sehari. Ada
satu orang ikhwan yang menjawab, dia membaca setiap hari utin 2 juz, masya
Allah, aku malu mendengarnya. Semenjak kejadian itu aku mencoba membaca Qur’an
2 juz walaupun kadang tidak saapi 2 juz, tapi aku berazzam pasti aku juga bisa
melakukannya walaupun butuh proses.
“ Nah... inilah problem umat
sekarang, hanya sedikit orang Islam yang mau mempelajari Qur’an, membacanya
saja malas apalagi mempelajarinya...” kata pemateri.
Para
peserta dan panitia mendengarkan pemateri dengan seksama, hingga tak terasa azan asar berkumandang.
“ Nanti setelah shalat asar,
langsung kembali ke Aula ya...”
“ Iya...” Jawab perserta serentak.
“ Syukron, Assalamu’alaikum...”
salam moderator.
“ Wa’alaikumsalam...” jawab peserta
serentak.
Setelah
peserta kembali berkumpul di Aula, diskusi yang sempat tertunda akhirnya di
buka lagi, sore itu Aula sangat gaduh, karena semakin sore diskusi semakin
seru, diskusi itu di moderatori oleh Ka Baim, dan hampir semua baik perserta
dan panitia berpendapat. Termasuk Aku dan Silvi. Alhamdulillah diskusinya
berjalan lancar dan seru walaupun memang ada ketegangan-ketegangan, tapi
ketegangan itu bisa di lerai. Hingga tak terasa azan magribpun berkumandang.
“
Baik ikhwah fillah sekalian, silakan bersih-bersih, dan shalat berjamaan, nanti
setelah pukul 8 malam, kembali ke aula” kembali Ka Baim meperingati.
Tidak
seperti malam kemarin yang berlarut-larut, malam ini entah kenapa ketika jam
menunjukkan pukul 10 malam, para peserta di haruskan istirahat padahal
materinya cukup menarik.
“ Pokoknya setelah ini, tidak ada
yang berkeliaran lagi, semuanya harus tidur” kata moderator di akhir acar.
Aku
sudah menyangka, pasti malamnya akan di bangunkan, sudah sangat terlihat jelas
dengan bukti-bukti yang ada.
“ Mengerti...?” Tanya moderator
kepada para peserta.
“ Mengerti...” Jawab peserta
serempak.
Akhirnya
aku, silvi dan peserta lain meninggalkan aula untuk beristirahat.
“ Pasti malam akan di bangunkan”
kataku kepada silvi sambil mempersiapkan alas utnuk tidur.
“ Iya... aku juga berpikir sperti
itu” Jawab Silvi.
Ketika
kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ikhwan salam yang
sedikit berbisik.
Mendengar
itu aku dan silvi bergegas menuju pintu.
“ Akhwatnya, nanti sepatunya
langsung di pakai ya... dan bawa peralatan yang kemarin di suruh bawa, nanti
malam sekitar jam 2 akan di bangunkan, siap-siap” kata ikhwan di balik pintu
dengan sidkikit berbisik.
“ Iya Ka...” Jawabku dan Silvi
Benar
saja dugaanku dan Silvi, bahwa nanti malam akan di bangunkan. Sepanjang
kegiatan yang pernah aku ikuti, belum pernah ada panitia yang membocorkan bahwa
akan dibangunkan malam-malam, baru kali ini aku mengikuti kegiatan seperti ini,
sangat mengasyikan hehehe...
“Aku mau pasang alarm jam 2 Sil,
kamu juga ya...”
“ Iya, ayo kita tidur cepat, biar
bangun cepat” saran Silvi
“ Oke...” Jawabku.
Setelah
mengucapkan doa tidur dan memohon perlindungan kepada Allah, aku dan Silvipun
mulai memejamkan mata.
***
Pukul
2 dini hari alarm berbunyi...
“ Sil... Sil... Bangun...” bisikku
kepada Silvi
“ Hmm... Iya.. emang udah jam 2 ya?
Cepat sekali...” Sambil mengucek mata
Tak
berapa lama kemudian, terdengar suara ikhwan mengucapkan salam dengan sura
sedikit berbisik.
“ Assalamu’alaiku... akhwatnya...
bangun... Bangun...”
“ Iya Ka, kami sudah bangun “
Teriaku.
“ Stt... Jangan berisik... sudah
bawa perlengkapannya kan?” Tanyanya masih dengan suara sedikit berbisik.
“ Iya Ka, tapi belumpakai sepatu...”
Jawabku
“ Yasudah pakai sepatunya dulu,
cepat Ya...” masih dengan suara sedikit membisik
“ Sudah Ka...” Jawab Aku dan Silvi
“ Seakarang anti jalan menuju
lapangan yang berada di atas, taukan? “
“ Iya Ka Tau” jawab Kami.
“ Tidak usah di antar ya...”
“ Iya Ka...”
“ Yasudah sekarang...”
“ Baik Ka”
Setelah
mendapat intrupsi berlari meuju lapangan, aku dan Silvi bergegas kesana, dan
setelah kira-kira lima menit kami berada di lapangan, suara dahsyat terdengar
di bawah tempat peserta ikhwan tidur.
“ TOK...TOK...TOK... BANGUNNN!!!!
HITUNGAN MUNDUR 10 SAMPAI 1, JIKA TIDAK SEGERA KUMPUL DI LAPANGAN AKAN DI
HUKUM!!!! SEPULUH...!!! SEMBILAN!!!...”
Kegaduhan
mulai terdengar, hitungan mundur terus diucap oleh ikhwan yang semalam
membangunkan Aku dan Silvi dengan lembut, tapi ketika membangunkan ikhwan,
suaranya berubah menjadi sangat keras.
“ AYO.... LIMA!!! EMPAT!!!
TIGA!!!...DUA!!! SATU!!!!”
Sementara
itu aku dan Silvi melongok melihat para peserta ikhwan yang kala itu ada yang
tidak mengenaiakn sandal, ada yang slayer tertinggal, pokoknya lengkap sudah,
sehingga, hukumanpun tidak bisa dielakan.
“ KARENA ADA TEMN KALIAN YANG
MELANGGAR DAN TERLAMBAT, MAKA KALIAN SEMUA DI HUKUM!!! TERMASUK AKWATNYA!”
“ Baik, ikhwannya ambil posisi dan
akhwatnya juga, ikhwan pus up dan akhwat banding” ujar ka Baim
“ mulai dari hitungan pertama
SATU!... “
“ SATU!” suara peserta serempak
Smapai
hitungan sepuluh, akhirnya peserta diperbolehkan untuk berdiri kembali, setelah
mendapatkan hukuman, panitia membagi 2 kelompok, karena akhwatya hanya ada dua,
jadi aku di kelompok satu, dan silv di kelompok 2. Pada malam itu seluruh
peserta ikhwan di suruh menutup matanya dengan slayer, sementara akhwatnya
tidak, karena akhwatnya menjadi ketua dalam kelompok untuk menunjuki jalan.
“ Nanti ada 5 pos, anti berdua yag
menjadi penunujuk jalan...” terang panitia ikhwan yang aku tidak tahu namnaya.
“ Untuk intruksi, jika kanan jangan
bilang kanan melainkan ada kodenya”
“ kodenya apa ka?” tanyaku penasaran
“ jadi kode untuk kanan ayam, kiri
bebek ...” terang terang panitia ikhwan yang aku tidak tahu namnaya.
Setelah
dijelaskan akhirnya proses pencarian pos pun di mulai, aku kebagian menjadi
kelompok satu, dan kalau tidak salah terdapat 5 orang ikhwan. Aku bingung dan
kasian melihat ikhwan-ikhwan kelompokku, tapi kadang ingin tertawa karena
melihat tingkah lucu mereka ketika salah mendengar intruksi dariku. Tapi
walaupun begitu, akhirnya 5 pos kami lalui bersama dengan lancar. Seperti di
dauroh dauroh biasanya, setiap pos di tanya materi yang sudah di ajarkan, dan
tentu saja setoran hafalan yang sudah di
tugaskan. Yang paling berkesan ketika malam itu ialah, ketika ka Baim menyakan
kenapa Kita termauk diriku mengkuti kegiatan Dauroh ini, apa sebenarnya yang
kami cari di sini, dan kenapa kami memilih organisasi ini, tentu saja, ada
begitu banyak jawaban yang berbeda-beda dan sangat menarik. Hingga tak tersa
suara ayam berkokok dan azan subuh menggema. Kegitan ekpedisi malampun berahir.
***
Aku
dan Silvi sengaja mengenakan baju lapangan, karena sebelum ekpedisi semalam itu
berakhir, panitia mengintruksikan untuk menggunakan pakaian lapangan, karena
akan di adakannya out bound. Tidak kalah juga peserta ikhwannya yang juga
mengenakan pakain lapangan tapi ada juga yang mengenakan pakain kaos biasa.
“ Assalamu’alaikum...” salam ikhwan
di balik pintu.
“ Wa’alaikum salam” jawan aku dan
Silvi
“ Akhwtnya ini sarapannya, nanti
setelah sarapan, langsung ke Aula ya...”
“ Iya aka... makasih Ka”
Setelah
ikhwan yang mengantar sarapan sekaligus info itu pergi, aku dan Silvi bergegas
menyantap sarapan, sambil diselingi dengan diskusi kecil.
“ Sil, makannnya enak-enak mulu ya
hehehe...”
“ Iya Ri, masa tiap hari nasi padang
terus, ini nanti pulang dari dauroh nambah subuh bukan kurus heheh...”
“ Iya Sil betul...”
“ Oya Ri, giaman semalam seru ?”
Tanya Silvi
“ Iya Sil, aku ketawa terus,
habisnya lihat ikhwan kelompokku yang kebingungan dengan intruksiku hehehe”
“ Iya Ri masa karena intruksiku
hampir ada satu ikhwan yang mau jatuh ke sungai hahaha”
“ Waahh parah kamu Sil...”
Setelah
sarapan, aku dan silvipun bergegas menuju aula.
***
Hari
ini hanya ada dua materi yang tersisa, tidak terasa siang nanti acara dauroh
ini akan selesai.
“ Ikhwah Fillah sekalian, setelah
materi pertama ini, akan dilanjutkan dnegan materi yang akan mengurs tenaga
fisik kalian, jadi persiapkan mental yang kuat oke” sahut moderator.
Pemateri
yang terakhir ini, kata orang mirip dengan pak fakhri hamzah, beliau memebrikan
materi manajemen aksi. Materi yang terakhir. Hanya sedikit penjelasan yang
diberikan selebihnya para peserta di suruh kelapangan untuk aksi. Tapi sebelum
turun ke lapangan, aku aku dan para
peserta yang lain membagi peran dan mempersiapkan peralatan apa saja yang di
butuhkan pada saat aksi nanti, mulai dari karton, spidol dan masih banyak lagi.
Setelah semuanya sudah siap, seluruh panitia dan peserta bergegas menuju
lapangan. Materi kali ini emang benar-benar membutuhkan fisik dan mental yang
kuat karena benar-benar berhadapan langsung dengan panitia. Sementara itu ada
beberpaa panitia yang sedang menyiapan ola air untuk di lempar ke peserta.
Tentu saja karena Aku dan Silvi akhwat, jadi tidak mengikuti aksi sampai
selesai, malah kami berdua di panggil panitia untuk membantu melempar bola air
kepada para peserta ikhwan dan panitia yang sedang aksi di sana. Target
lemparanku bukan kepada ikhwan peserta melainkan kepada panitia, karena
bagaimanapun rasa kebersamaan masih tetap ada , yaitu sama-sama jadi peserta
hehehe...
Kegiatan
dilanjutkan dnegan out bound, di outbound ini kelompoknya masih sama dengan
ekpedisi semalam, lagi-lagi sangat mengasikan.
“ disini terdapat 5 permainan, dan
kalian semua harus mengikuti semuanya...” intrupsi ka Baim.
“ Iya Ka” teriak peserta.
Setelah
mendapat arahan, permainan outbound pun di mulai, mulai dari permainan
otak,hingga kotor-kotoran, tapi Alahamdulillah Aku dan Silvi tidak ikut
kotor-kotoran karena mengingat Aku dan Silvi akhwat hanya berdua hehehe...
Rasa
lelah menyelimuti tiap peserta dan panitia, acara outbound selesai, dan kami
semua berkumpul di bawah pohon kelapa, di sana ka Baim dan panitia yang lain
meminta evalusai dari para peserta mengenai acara outbound tadi. Tentu saja ada
yang memberikan kesan postif dan negatif, dan semua itu tercapur dalam indahnya
ukhuwah. Setelah kegiatan outbound itu, kami semua bergegas untuk bersih-bersih
dan membereskan barang-barang, karena acara dauroh akan berakhir.
***
Tiba
di lokal satu yaitu tempat aku dan Silvi beristirahat, terlihat 2 bungkus nasi
dan di sampingnya terdapat 2 potong semangka, ternyata itu jatah makan siang
terakhir, karena acara dauroh akan segera selesai, terlihat spesial di
bandingkan dengan hari-hari biasanya.
“
Alhamdulillah ya... makan siang terakhir istimewa...”
“
Iya hehehe...”
Aku
dan Silvipun menyantap makan siang spesial terakhir di kegiatan Dauroh.
***
Acara
di tutup dengan pemutaran film, foto bersama, memberi pesan kesan dan di akhiri
dengan lafadz “alhamdulillah” menandakan kegiatan dauroh sudah
selesai. Begitu banyak pelajaran berharga yang bisa aku petik dari kegiatan
itu. selain ikatan ukhuwah yang kuat itu pasti, juga kebersamaan dan kebaikan
baik panitia maupun para peserta semua, kesopanan di tonjolkan, rasa menghargai
di teggakkan. Aku bersuukur bisa mengikuti kegiatan dauroh yang di adakan oleh
kampus yang beada di daerah mampang itu, walaupun tadinya aku kecewa karena aku
tidak tahu ternyata kampusnya khusus ikhwan saja, tapi dai situ aku mendapatkan
pengalaman baru yang mungkin tidak di rasakan oleh akhwat-akhwat yang lain.
Walaupun memang ada sedikit rasa ketakutan karena akhwat yang benar-benar
minoritas, tapi sangat di hargai. Itu baru dari segi panitianya, belum lagi
dari pematerinya yang begitu menginspirasi. Setelah kegiatan itu ada niatan
utnuk membangun organisasi ini, namun pasti dan memang pasti banyak halng
rintang yang mesti di hadapi, karena syaitan tidak menyukai kebaikan. Tapi
walaupun begitu aku berusaha untuk terus berjuang di jalan ini, walaupun memang
begitu banyak rintangan yang mesti ku hadapi. Aku hanya bisa berdoa, kepada
Rabbku utnuk terus meridhoi setiap langkah ini. Aku ucapkan terimakasih kepada
Ka Lia, Silvi, peserta Ikhwan dan panitia, terimakasih banyak sudah memberikan
pelajaran berharga kepadaku.