Wednesday, July 19, 2017

#1Cerita Pagi Sampe Siang


Oleh: Khansa S@F

Akhirnya setelah sekian lama, aku hampir menemukan bagaimana gaya tulisanku.

Aku tak peduli penilaian orang tentang tulisanku, peduli sedikit sih hehehe. tapi, yang jelas, aku menulis agar orang-orang juga mau menulis, tentunya menulis dalam hal kebaikan, ya. Ingat.

Apakah karena memang tadi siang baru selesai melahap novel orang, hingga gaya tulisanku ikut-ikutan? Tapi benar, asli, aku menikmati tulisannya. Ringan, merakyat, dan yang pasti apa adanya hehehe.

Saat mengikuti salah satu seminar online, sang pemateri kalau tidak salah ingat pernah berucap, bahwasanya, dia suka menulis karena dengan menulis secara tidak langsung, kita bisa berekspresi dan mengutarakan isi hati, jadinya, saat kita punya masalah tidak stress, karena unek-unek dalam hati kita bisa dicurahkan melalui tulisan. Oya, kalian tahu? Makna stress dalam pelajaran Fisika? Aku masih ingat, saat guru Fisikaku dulu menerangkan Stress dalam pelajaran Fisika. Intinya stress itu artinya tegang. Jadi, kalau kalian tegang, berarti lagi stres hehehehe. (Becanda, jangan diambil hati, ya).

Jika tak ingin meneruskan membaca tulisanku ini, mending berhenti di sini, silakan baca tulisan lain yang lebih bermanfaat dari tulisanku, tapi, asal kalian tahu, tulisan manfaatnya ada setelah ini, jadi pilih mana? Tetap membaca atau pergi?.

Aku hanya ingin menceritakan kejadian yang kualami dari pagi sampai siang tadi, daei jam sekitar 09:30 sampai jam 11:40, pokoknya seru!.

_You know_ lah, aku berhijab dan memakai penutup wajah, yang terlihat hanya mata dan jidat, sepertinya hehe, eh alis juga ding!.

Nah, tadi Qodarullah (aku sudah jarang menyebut kata 'kebetulan' karena di dunia ini, tidak ada yang kebetulan,adanya biiznillah (atas izin Allah) atau Qodarullah (Atas taqdir Allah) jadwalnya aku belajar nyetir mobil dan saat itu juga motor yang biasa aku pakai untuk pergi ke tempat kursusan lagi nangis, ga mau jalan soalnya ban nya bocor, alhasil dengan setengah berat hati, aku pergi dengan kendaraan umum, Angkot namanya.

Di dalam angkot ada sekitar 4 sampai 6  anak SMP perempuan yang kupastikan mau pada pulang, saat itu jam masih setengah sepuluh, aku maklumi mereka kenapa jam segitu sudah pulang, itu  karena baru awal-awal masuk sekolah dan biasanya para guru sama anak-anak yang aktif di organisasi sekolah ngurusin anak-anak baru. Selain enam Siswi, ada satu ibu-ibu yang kupastikan dia buka warung di rumahnya. Soalnya, ada banyak jajanan anak-anak maupun dewasa memenuhi  mobil yang siapa lagi pemiliknya kalau bukan si ibu ini, bisa saja sih anak siswi SMP yang punya, tapi aku lebih seuzon ke ibunya kalau dialah yang punya.

Saat itu, aku duduk diapit ibu dan dua orang siswi. Saat aku baru ingin menyalakan bunyi-bunyian (lagu) pakai headset. Ibu disebelahku bertanya padaku.

"Neng mau kemana?" Tanya ibu itu.

Tumben ada yang berani nanya sama 'ninja' kataku dalam hati. (Ninja maksudnya cadar, karena amat jarang yang nyapa atau bertanya duluan pada orang yang pakai cadar).

"Lipo" jawabku (Lipo nama samaran ya teman, nama daerahnya aku sembunyikan takut ada yang nyulik :) ).

"Ngapain?" Tanya si ibu lagi.

Dalam hati, kok ibu ini berani nanya ngapain? Bukan masalah sih, tapi aneh saja, tapi aku senang, soalnya aku jadinya engga dengerin lagu hehe.

"Kursus nyetir mobil" kataku dengan suara agak keras, soalnya kalau pelan tidak kedengaran karena angin.

Aku sedikit melihat mimik ibu yang bertanya serta anak-anak SMP yang tadinya tak memperhatikanku, seketika memperhatikanku. Aku sih tahu, tapi pura-pura tidak tahu biar mereka engga malu.

"Subhanallah," kata ibu yang nanya. "Ibu seneng kalau liat yang udah pakaian kaya begini" kata si ibu sambil melihatku.

"Alhamdulillah, Bu" kataku sambil bingung atau apalah.

"Oh, ya Neng, kuliah di mana?"

"Jakarta, tapi sekarang audah lulus" jelasku.

"Ngabil jurusan apa?"

"Kesehatan"

"Iya, anak ibu juga seperti ini, pakai baju besar dan pakai cadar. Sebenarnya, ibu juga suka di beliin, yaah ibu mah dipakenya pas pengajian aja, Neng" si ibu menjelaskan tanpa beban.

"Nanti, insya Allah Ibu pake juga dong jangan pas ngaji aja yah" kataku sok kenal, padahal dari sejak awal aku belum kenalan.

Tak lama angkot berhenti, menandakan ada penumpang lain masuk. Semua penumpang siap-siap bergeser, termasuk aku, tapi kalau aku cuma pura-pura saja, karena aku tak mau pindah, soalnya sudah nyaman ada jendela yang dibuka, anginnya banyak.

Lama, aku ingin membuka perbincangan lagi dengan si ibu, tapi apa?

Sebenarnya, aku merasa seperti bertemu dengan saudara, pasalnya, rumah si ibu ini merupakan daerah yang bisa dibilang jarang banget ada yang seperti diriku, jarang banget, (aku tahu rumah si ibu ini sekilas, karena si ibu tadi bilang ke bang supir di turumin di Gang ...., malah, daerah yang si ibu tinggali ini merupakan salah satu daerah yang 'rawan' (artikan sendiri ya, arti rawan di sini apa hehe).

Tak disangka, si ibu lah yang kembali membuka percakapan duluan.

Bersambung...........

No comments:

Post a Comment