Thursday, August 24, 2017

Jangan Asal-asalan

Oleh: Khansa S@F

Saya rasa, tips kali ini,  hampir sampai di akhir tips menulis. Sebelum ke inti,  saya ingin mengajak kamu berpikir sedikit mendalam. Mudah-mudahan dengan ini kamu mengerti apa yang saya maksud dalam tips kali ini.

Teman, kamu harus tahu, Allah Tuhan saya dan Tuhan kamu pernah bersumpah dengan nama pena (Al-Qolam: 1) Ini artinya apa? Sumpahnya Allah tentu bukan sembarang sumpah kan? Maka dari itu, rasanya amat disayangkan jika kita hanya menulis tanpa makna dan tanpa tahu kenapa kita harus menulis.

Begini, dari awal saya sudah memberi tahu tips kepada kamu, mulai dari niat, harus semangat, jangan malas, jangan malu, harus PD (percaya diri) dan lain sebagainya.

Awal-awal, untuk membiasakan menulis, memang  kita boleh menulis apa saja, tapi kita harus ingat, dalam tulisan yang kita torehkan, ada sebuah pesan yang sebenarnya ingin Allah sampaikan.

Sebelum saya menulis ini tentu saya pun merenung dan bertanya, 'apakah perkataan saya ini layak?' Saya hanya ingin kamu tahu, bahwa untuk menjadi seorang penulis itu ternyata tidak semudah yang kita bayangkan.

Baru kemarin saya mengikuti seminar yang tentu saja pematerinya didatangkan dari penulis senior. Dan dari apa yang beliau utarakan, ada beberapa kalimat yang menarik perhatian saya. Kata beliau, 'Dalam hal menulis pun ternyata melatih kesabaran lebih penting daripada latihan  menulis itu sendiri'. Ini artinya apa coba? Coba deh lihat, atau tanya penulis-penulis terdahulu, mereka menulis butuh perjuangan, selain tidak mudahnya akses media, tentu dalam mengolah kata pun membutuhkan waktu yang amat lama dan untuk sampai tulisannya sampai ke media, mereka membutuhkan waktu berbulan-bulan. Tentu saat itu, mereka bukan hanya harus menyetok tulisan, tapi juga menyetok kesabaran dan lapang dada, karena mau tidak mau, mereka harus siap-siap manakala naskah yang mereka kirim tidak di muat juga.

Ini hanya sebagian kecil yang kamu harus tahu bahwa memang untuk menjadi seorang penulis itu bukan hanya skill menulis yang harus dipunya melainkan juga kesabaran dan keahlian,  yang lainnya.

Mungkin itu dulu, beda halnya dengan jaman sekarang, atau sama saja? Sepertinya berbeda, jika dulu, banyak penulis yang berbobot hingga menghasilkan tulisan yang berbobot pula, lainhalnya dengan sekarang, banyak penulis-penulis yang bermunculan tapi karyanya? Biasa-biasa saja.

Apa bedanya? Jelas berbeda, penulis dulu tidak bertindak instan dalam menulis, namun penulis sekarang, instan menjadi kebutuhan yang tak bisa dilepaskan. Makanya, kebanyakan dari penulis sekarang, tidak banyak yang sabar hingga karya yang sebenarnya perlu diperbaiki pun berseliweran tanpa tahu apakah sebenarnya tulisan itu 'layak' untuk dipublikasikan.

Saya akui, saya termasuk penulis yang kurang sabaran, semakin berjalannya waktu saya sadar, ternyata memang benar, untuk menjadi seorang penulis itu bukan hanya keahlian menulis saja yang harus dimiliki, melainkan banyak keahlian-keahlian yang harus dipelajari.

Ini baru pembukaan, sebenarnya inti dari tulisan ini ada setelah ini.

Tentu, dalam setiap perbuatan tergantung niatnya bukan? Nah, dalam hal menulis pun demikian.

Jika kamu sudah tahu niatmu menulis untuk apa, saya yakin, tulisan-tulisan yang lahir dari penamu akan mengarah ke niatmu itu.

Jujur, saat mendengar beberapa pemateri yang memaparkan bahwa pembaca yang terbanyak ada di  fantasy, prosa atau romance. Pasti kita akan berpikir atau ada niatan untuk menulis tulisan yang banyak orang membacanya. Tujuan atau niat awal kita karena ingin apa yang kita tulis banyak orang yang berminat kepada tulisan kita tersebut, benar? Tapi... tunggu dulu teman, kamu harus sadar, kamu bukan lagi seorang penulis yang berkehendak semaunya, tapi kamu adalah seorang penulis yang sadar bahwa Allah, Rabb mu dan Rabb ku sudah bersumpah dengan sebuah pena. Itu artinya, apa-apa yang kamu tulis tentu tidak terlepas atau harus ada sebuah pesan agar orang yang membaca tulisanmu semakin mengenal-Nya. Tentu ini memang tugas berat. Tapi, saya percaya jika kamu sudah putuskan menulismu dijadikan sebagai ladang dakwah, Insya Allah, Dia yang sudah bersumpah pun tidak serta merta membiarkanmu menulis tanpa makna sama sekali. Pasti Dia akan mengarahkan apa-apa yang kamu tulis semata-mata tidak lepas dari bagian titah-Nya.

Baik, tidak perlu panjang kata sepertinya, mudah-mudahan kamu mengerti. Awalnya memang, saya menulis ya menulis saja, tidak ada yang membaca baper, tidak ada yang kritik sedih, tidak ada yang memuji tambah sedih. Tapi lama kelamaan, ternyata saya tidak butuh sanjungan dan pujian orang, like orang, atau ketenaran yang cetar. Tapi saat saya yakin dalam setiap tulisan yang saya buat ada pesan Rabb yang menciptakan, tentu saya akan sebar. Sekali pun tanpa komentar,like dan sebagainya.

Kamu harus ingat teman, apa-apa yang kita kerjakan kelak akan dipertanggungjawabkan.

Maafkan saya ya, jika dalam torehan pena yang selama ini saya buat, mengandung kata yang membuatmu  jauh dari Tuhan.

Wallahua'lam.

Bumi, 24 Agustus 2017

No comments:

Post a Comment