Sunday, August 20, 2017

Ada Imam Di Mimpiku #4

Oleh: Khansa S@F

"Pekan depan kita ngaji di kosan kamu yuk" ajak Zeze semangat.

Saat mendengar kata 'kosan', aku kembali teringatkan akan sosok laki-laki yang semalam, sekarang, apa dia masih di sana? Atau memang, laki-laki semalam hanya dalam mimpi saja.

"Ehm..." gumanku.

Sebenarnya aku ragu menjawab kata 'iya' karena aku takut laki-laki semalam masih ada. Tapi, bukankah tadi pagi Mustika bilang kalau aku memang belum menikah?

"Ayolah, Isna. Di kosan kamu kan jarang ada orangnya, lagipula kalau hari ahad, tetangga kamar pada pulang kan?" Tanya Mustika memastikan.

"Ahad?"

"Eh, minggu maksudnya hihihi"
Jika aku bergabung dengan Gengnya Mustika, kata-kata baru yang aku lebih senang menyebutnya, 'kosa kata islami' sering aku dapat. Aku sering mengatakan 'kebetulan', tapi mereka selalu mengucapkan 'qodarullah (taqdir Allah), _"Di dunia ini tidak ada yang kebetulan, yang ada hanya qodarullah"_ ucap Zeze saat Hp ku diambil copet beberapa pekan lalu. Kata 'ahad' juga masih asing ditelinga dan mulutku, karena aku sering mengatakan 'minggu'. Tapi saat berjumpa Gengnya Mustika, mereka selalu mengenalkanku dengan kosa kata islami ini.

"Ehm, kayaknya di taman Harapan aja deh jangan di kosanku, kosanku berantakan, malas beresinnya,"

Aku bingung apa alasan yang aku berikan pada mereka agar pekan depan ngajinya tidak di kosanku. Aku masih takut jika laki-laki semalam masih ada di sana, jika memang masih ada, apa yang harus kuucapkan pada mereka? Pasti mereka bertanya-tanya.

"Heyy, Na. Kamu kenapa?" Kata Zeze sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku.

"Mmm, tidak apa-apa hehehe" jawabku berusaha tidak kaku.

"Yasudah, ahad depan kita ngajinya di taman Harapan saja ya, nanti aku akan bilang sama Ustadzah, biar sekalian pengajiannya disatukan dengan adik tingkat kita" kata Mustika semamgat.

"Atur saja, yang penting aku ngaji hehehe" kataku.

"Oke"

***

Hari ini harusnya aku belajar tahsin di masjid kampus, tapi karena suasana UAS, lembaga Al-Ihsan sang penyelenggara tahsin akhirnya meliburkan. Aku sendiri setelah bercakap ringan dengan Mustika dan Zeze di kantin memutuskan untuk pulang, karena hari senin ada UAS perdana juga.  aku pun yang biasanya ikut nongkrong, hari ini  tidak ikut nongkrong di warung sebelah bareng Gengnya Putri.

Oya, selain aku sering bergabung dengan Gengnya Mustika, aku juga sering ikut-ikutan dengan  Gengnya Putri. Kalau ini, jumlah personilnya ada lima orang, aku yang ke enam. Si Putri ini sering nongkrong di warung sebelah (warung jalanan dekat kampus). Aku senang bergabung dengan Putri, anaknya baik,  gaul dan asyik, tapi ya itu, harus sabar menahan hawa nafsu hehe karena gengnya si Putri ini suka ngajak main dan jajan terus.

Si putri sempat bertanya padaku terkait kedekatanku dengan Zeze dan kawan-kawan. Aku sih jawab santai saja, tapi aku bersyukur dengan bergabungnya aku bersama si Putri, saat waktu solat datang, aku sering mengajak mereka untuk solat di mushola kampus, mereka tidak menolak, malah senang, _"Jangan ninggalin kita ya, Na. Kalau engga ada kamu, nanti siapa yang ngingetin kita buat solat?"_ Ucap Putri beberapa waktu lalu.

Sebenarnya, Putri anaknya baik, geng mereka pun tidak nakal, tapi karena rata-rata anggota gengnya broken home semua,  jadi ya seperti itu. Padahal keluarga mereka termasuk keluarga yang bercukupan.

"Haha, tenang. Lagipula aku senang, soalnya kamu sering traktir aku terus wkwkkw" jawabku sambil becanda.

Jujur, aku senang saat putri berucap demikian.

Tak terasa, sangking asyiknya mendengar MP3 murotal Q.S An-Naba (maklum, ngaji pekan depan aku harus setoran hafalan jadi ceritanya sekaramg lagi semangat murojaahnya hehe), kini aku sudah di gerbang kosan. Eehmm... apa laki-laki itu masih ada? Entahlah.

Bersambung.

No comments:

Post a Comment