Harian jawa Pos edisi 4 Maret 2007
memuat sebuah kolom bertajuk “Amerika Serikat” yang didalamnya terdapat
tulisan yang berjudul “ Dilarang
berpacaran, Gadis Bantai Keluarganya”. Inilah isi berita tersebut:
Bagi putri sulung
pasangan Penny dan Terry Caffey, cinta itu buta. Karena cinta, sang anak dengan sadis membantai seluruh anggota
keluarganya. Ibu dan dua adiknya
tewas. Untung, sang ayah berhasil melarikan diri.
Menurut keterangan Kantor Kepolisian
Rain Country, Minggu (2/3), peristiwa tragis
itu terjadi di Alba, sebuah kota kecil di Texas Timur, pada sabtu (1/3) dini hari. Pelakunya adalah empat remaja,
yakni dua pria dan dua wanita. Salah satunya
ialah anak tertua keluarga itu yang baru berusia 16 tahun.
Keempat pelaku membunuh korbannya
dengan cara menikam dan menembak. Sang
Ibu, Penny Chafey, 30, dan kedua anaknya Mathew, 13, dan Tyler, 8, langsung
meninggal karena lukatusukan dan
tembakan. Setelah itu, mereka mebakar
habis rumah keluarga yang baru dua tahun pindah ke kota tersebut.
Terry sang ayah, dengan luka tembak
dan beberapa luka tusuk dibagian belakang berhasil
menyelamatkan diri setelah berlari sejauh 300
meter dan berteriak minta tolong
kepada tetangga terdekatnya.
Kantor Sheriff Country menyatakan,
diduga kuat bahwa pembantaian itu dilakukan
karena si gadis dilarang berpacaran. “
penyelidikan awal, terungkap bahwa
remaja itu berpacaran dengan salah seorang tersangka dan diminta putus.” Demikian pernyataan tersebut.
Polisipun memburu pelaku, dan tak lama kemudian keempat pelaku bisa dibekuk. Putri Caffey ditemukan
sedang bersembunyi di rumah salah
seorang tersangka. Sekarang, mereka meringkuk di penjara Rain Country dan masing-masing bisa bebas
dengan jaminan1.
Lihat, bagaimana perasaan kita
setelah membaca berita diatas? Apakah
kita hanya berkata “ luar biasa!!!” atau “ wajar saja di luar negeri...” atau “
sangat tidak manusiawi”, tentu setiap kita memiliki pendapat atau presepsi yang
berbeda . Lalu, sebenarnya hikmah atau pelajaran apa yang semestinya kita ambil
dari berita tersebut?. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, simaklah penuturan
di bawah ini.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO)
mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai kemampuan untuk menjalin hubungan tepat
dengan yang lain, sanggup untuk mengubah atau memperbaiki lingkungan pribadi
dan sosial, menyelesaikan kontradiksi di dalam lingkungan tersebut, serta
mampu mengubah kecenderungan pribadi ke
dalam bentuk yang lebih sesuai dan ideal.
Berdasarkan definisi tersebut, bisa
kita pahami bersama bahwa kesehatan jiwa sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia. Bahkan, bisa dikatakan bahwa jiwa yang sehat merupakan prasyarat untuk
meraih tujuan atau kesuksesan hidup yang ideal dan mendukung perjuangan hidup
yang berkelanjutan. Apabila kondisi ideal tersebut tercapai, maka angka
kepuasan diri terhadap kehidupanpun akan meningkat. Kondisi ideal tersebut
tercapai, maka angka kepuasan diri terhadap kehidupanpun akan meningkat.
Konsekuensi lebih lanjut, tekanan dan kegalauan psikologis manusia akan turut
mereda2.
Berkaca dari penuturan di atas, kita
bisa menilai, apakah si gadis yang membantai keluarganya itu memiliki jiwa yang
sehat? Tentu saja tidak. Satu pelajaran yang menurut saya sangat penting ialah
kesehatan jiwa sangat berpengaruh terhadap manusia. Mungkin untuk kesehatan
jasmani bisa langsung terlihat karena memang sakit atau tidaknya jasad itu
terlihat, kalaupun sakitnya di dalam bisa terdeteksi oleh peralatan kedokteran
yang semakin hari semakin canggih, namun jika dibandingkan dengan kesehatan
jiwa atau rohani tentu pengobatanyapun berbeda. Lalu apa sebenarnya obatuntuk
penyakit jiwa?
Agama dan spiritualitas, dalam era
modern, ternyata semakin dipercaya manusia sebagai pembuka jalan untuk menuju
kesembuhan berbagai penyakit jiwa. Mereka, dengan penuh kesadaran, telah sampai
pada konklusi akhir bahwa hidup tanpa agama dan spiritualitas hanya akan
meneggelamkan hidup manusia dalam kesepian dan menjebaknya dalam cara hidup mekanis yang tak memiliki ruh.
Untuk itu kita sebagai penerus bangsa, selayaknya kita
tidak boleh meniru gadis yang tega membantai keluarganya sendiri, kalaupun
orangtua tidak mengizinkan kita untuk berpacaran atau dalam hal apapun,
sebaiknya bicarakan baik-baik jangan sampai karena orangtua tidak merestui atau
tidak mengizinkan kita nekad untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji,
ingatlah apa yang orangtua kita lakukan pasti itu untuk kebaikan kita, dan
untuk maslah spiritual, spiritual itu penting apalagi dijaman modern seperti
ini, spiritual dan agama berbeda namun keduanya saling berhubungan. kenapa si
gadis yang diberitakan diatas tega membunuh keluarganya sendiri, karena
pendidikan spiritualnya kurang, dan malah mungkin tidak ada.
No comments:
Post a Comment