Saturday, November 12, 2016

Aku dan Tukang Mie Ayam

_"Aku berangkat dulu, Allasamu'alaikum...."_ salamku sambil mencium tangan Baba.

_"Ia, hati-hati"_ balas Baba.

Kenalkan, Aku seorang anak perempuan yang  hidup dipinggiran sungai kumuh yang ada di jakarta, antara sungai yang bau menyengat dan rumahku yang hanya sepetak hanya dipisahkan oleh jalan raya yang membentang hebat.

Lebar nian jalan raya yang ada didepan rumahku, lebarnya jalan raya mengalahkan lebarnya rumahku.

Oya, Babaku seorang penjual tukang mie ayam. Beliau biasa mangkal jam 5 sore sampai malam. Banyak yang bertanya kenapa tidak dari pagi saja jualannya, sebenarnya inginnya begitu, namun karena sewa tempatnya mahal jadi baba putuskan mencari sewa yang murah. Baba mangkal di depan toko tambal ban, toko tambal ban tutup sekitar jam 5 sore, jadi malamnya baba gunakan untuk jualan.

Aku sendiri seorang mahasiswi yang sedang sibuk skripsi, aku jarang membantu baba, karena selain aku malu, bukan karena jualan mie ayam, namun aku malu karena aku seorang  perempuan yang tak mau dipandang banyak lelaki lalu lalang. Sehingga aku hanya bantu baba sesekali saja, tidak sering. Dan syukurnya babaku megerti keadaanku.

Dimataku, baba adalah sosok yang pekerja keras, aku bangga miliki baba yang super baba hehehe...

Sekalipun pekerjaannya hanya seorang tukang mie ayam, yang kadang... suka tak habis semua, namun baba tak pernah menampakkan ketiakpunyaan uang untuk biaya kuliahku.

Rasanya... saat aku butuh uang untuk ini dan itu, baba selalu bilang ada, walaupun aku tahu, untung jualan mie ayam tak seberapa.

Aku tak tahu darimana baba mendapatkan uang, karena setiap aku butuh uang untuk biaya kuliah, baba selalu berusaha mengadakan.

Kadang... ingin rasanya aku peluk baba, air mata ini sudah bosan aku teteskan melihat perjuangan baba.

Sekarang, rambut baba sudah memutih, otot-otot yang dulu kekar kini mulai lunglai, kerutan wajah tanda lelah sudah tersirat jelas di wajahnya.

Aku suka kasihan melihat baba duduk menunggu pembeli yang tak kunjung datang, terlebih jika musim hujan.

Banjir, dingin, angin, semua baba hadapi demi menghidupi keluarga.

Aku melihat dipundaknya banyak beban, namun ketegaran yang dipancarkan diwajahnya selalu membuatku tenang.

Baba... aku sayang baba, saat ini aku belum bisa bahagiakan baba, maafkan aku yang selalu merepotkanmu, izinkan aku anak perempuanmu satu-satunya menjadi anak yang berbakti kepada baba. Doakan anakmu yang sedang berusaha menjadi wanita yang shalihah, wanita yang bidadari syurgapun cemburu padanya.

Aku bangga menjadi anak baba, aku tak malu punya baba yang hanya penjual mie ayam. Pokoknya aku beryukur karena Allah berikan baba yang amat hebat dimataku. Dari baba aku belajar banyak hal.

Baba...
Setitik perjuangan baba berlipat pahala di sisi-Nya.
Setetes peluh yang keluar demi menghidupi keluarga, Allah tak akan pernah lupa.
Tetaplah menjadi baba kebangganku dan mama.

Selamat hari baba...
Semoga Allah selalu menjaga dan bersama baba selalu. Aku sayang baba....

No comments:

Post a Comment