Thursday, November 17, 2016

2 Guru Sekaligus (Kehiupan dan guru Jurusan Kerumahtanggaan (GJKT))

Banyak panggilan-panggilan atau isitilah yang bisa disematkan kepada sosok yang satu ini. Ada ibu, mami,umi,ami, bunda atau apapun namanya. Dan aku memanggil sosok ini dengan sebutan umi.

Dari umi aku banyak belajar. Harus ku akui, selama aku SD,SMP,SMA, hingga Perguruan tinggi, sekitar 14 tahun kurang lebih aku mengenyam pendidikan, hanya saat ini yang walaupun  belum sampai satu bulan aku benar-benar merasakan bagaimana nikmatnya pendidikan.

Siapa gurunya? Umiku.
Belum genap sebulan aku putuskan untuk di rumah sembari menunggu hari yang kata orang disebut hari  bahagia (wisuda).

Dari sinilah aku mulai mendapatkan Mata kuliah (MK) Kerumahtanggaan.

Tidak ku temui didikan ini  baik di SD sampai perguruan tinggi sekalipun. Aku menemui didikan ini di dalam rumah. Siapa gurunya? Umiku.

Jika aku ditanya, _"Pada saat kapan kamu merasakan nikmatnya hidup?"_, aku akan menjawab,aku merasakan bagaimana betapa hidup ini nikmat ialah pada saat sekarang, saat dimana umiku benar-benar menjadi guruku.

Nikmat yang bagaimana? Tentu nikmat yang bukan sembarang nikmat. Tapi karena  nikmat inilah yang nanti akan menyelamatkanku di akhirat.

Umiku memang hebat. Belum genap sebulan aku tinggal di rumah, ia sudah  mengajarkanku banyak hal.

Selama aku belajar di rumah, banyak ku temui hal-hal yang tidak di pelajari di dunia pendidikan luar.

Banyak ku temui setiap yayasan atau sekolah mempunyai visi dan misi, namun kadang visi dan misi itu hanya sekedar di hafal atau hanya tempelan,dan hanya secuil yang dilaksanakan.

Tidak demikian dengan umiku, sekalipun umi tidak memberitahu visi dan misinya dengan gamblang kepadaku. Namun... dari perlakuannya padaku, visi dan misinya nampak dan akupun ingin dan ingin mewujudkan visi dan misinya bersama-sama.

Dari umi aku banyak belajar. Ialah guru kehidupanku sebenarnya. Kalau bahasa inggrisnya bilang  _She Is The Real OF My Teacher_ (kalau slaah tolong dibenarkan hehe).

Dari umi aku belajar masak, dari umi aku belajar mengaji, dari umi aku belajar sabar, dari umi aku belajar ikhlas, dari umi aku belajar hemat, dari umi aku belajar menjadi umi, dari umi aku belajar menjadi istri, dari umi aku belajar menjadi anak, dari umi aku belajar menjadi  manusia yang berguna, dari umi...  dari umi... dan dari umi aku belajar segalanya.

Teman... aku beritahu satu hal, jika umimu masih ada, jangan sia-siakan keberadaannya, belajarlah padanya, karena tak aku temui guru yang paling ikhlas selain umiku. Memang banyak guru yang kutemui merekapun ikhlas, namun tetap saja, ikhlas yang benar-benar  murni itu hadir dari umiku.

Kenapa harus ikhlas? Karena bagiku... setiap ilmu yang diberikan dengan sebenar-benarnya ikhlas, maka... ilmu itu akan membekas. Siapa yang pernah meraskaan apa yang aku alami?

Aku sangat suka bahasa arab sekalipin sungguh aku tak bisa bahasa arab, aku sangat suka bahasa inggris sekalipun aku tak bisa bahasa inggris. Namun karena dulu  dua guruku mengajarkannya dengan ikhlas, pelajaran yang mereka ajari saat kecil dulu  sampai saat ini masih membekas.

Begitupun umiku, ia mengajariku masak dengan ikhlas, ia memberiku nasihat dengan ikhlas. Ia mengajariku segalanya dengan ikhlas Dan sampai saat ini masih membekas.

Sungguh... jika kalian ingin mengetahui bagaimana seorang pendidik ikhlas mengajarkan ilmunya, rasakanlah ilmu yang ia berikan. Tentu seorang guru yang memberi ilmu tanpa keikhlasan ilmu yang diberikan hanya sekedar mampir dan setelah itu pergi kalaupun ada, mungkin hanya serpihan-sepihannya saja.

Teman, carilah guru yang bukan hanya pintar tapi juga ikhlas mengajarkan. Insya Allah, ilmu yang diberikan membekas dalam ingatan.
Karena guru yang ikhlas orientasinya bukan balasan dari sanjungan manusia yang terbatas, namun ia mengharapkan hadiah dari  Allah yang  memiliki sebaik-baik  balasan.

Akhir kata, aku ingin sedikit mengingatkan.
Begini....
Teman,
Janganlah kita pura-pura tutup mata akan hal ini. Kita mempunyai sebuah kewajiban,  salah satu kewajiban yang harus dilakukan selama hidup ialah, berbakti kepada kedua orangtua selama orangtua itu tidak mengajak kepada kemunkaran, betul?

Terkhusus untuk perempuan, jangan sia-siakan kesempatan emas ini kawan, belajarlah pada umimu, karena dari umimu ilmu keikhlasan didapat.

Namun jika umimu sudah Allah panggil, jangan bersedih ya, doakan umimu dengan sebenar-benarnya doa. Dan jangan lupa mintalah pada Allah agar Allah pertemukan dengan guru-guru yang mengajarkan ilmunya dengan ikhlas.

Guru kehidupan yaa umiku...
Guru yang tak pernah bosan mendidik...
Guru yang selalu bahagia melihat keberhasilan muridnya.
Ialah umiku, guru yang memiliki keikhlasan yang tanpa batas...


Hari ini... Hari lahirmu...
Kupersembahkan tulisan ini untuk umiku...
Terimakasih umi sudah menjadi guru kehidupanku...
Semoga Allah selalu menjagamu.
Aku anakmu mencintaimu. Kananga, 17 November 2016 21:31 Wib

No comments:

Post a Comment