Saturday, July 16, 2016

Kota Impian




Awalnya tak percaya, namun setelah Ines meyakinkan gue,  akhirnya gue mengakui jika Ilham meninggalkan gue.

Tadinya ia berjanji, iya berjanji akan membuat gue bahagia dan membuat bahtera, tapi dia pergi... Pergi tanpa secuilpun kata perpisahan yang di ucapnya. Mungkin ini memang takdir gue, gue memang layak untuk di sakiti.

"Gue yakin cinta ihlam tulus Ra, sekalipun gue baru lihat sekilas tapi aura keyakinan terpancar di hadapan gue hehe..."

"Haha... Lebay lu, doain gue ya Nes, semoga memang Ilham yang terbaik." kata gue penuh harap.

Lusa gue akan ke Jogja bertemu Ilham, ketika keyakinan sudah terpatri segala halang rintang pasti gue hadapi. Jakarta dan Jogja tidak terlampau jauh, renacanya gue mau naik kereta antar kota.

"Setelah gue ketemu ilham, gue langsung balik jakarta, gue ga mau lama-lama di rumah nenek gue hehe..."

"Jangan begitu Ra, lu harus siap-siap deket sama keluarga ayah lu, masa ilham yang ikut lu ke jakarta hehe..."

Hari yang di nanti akhirnya tiba juga, pada saat itu Ilham tidak bisa di hubungi, tapi aku percaya ilham laki-laki baik. Dan gue yakin Tuhan takdirin Ilham buat gue.

"Ilham jemput lu di stasiun Ra?" tanya Ines cemas

"Engga Nes, tiga hari yang lalu ilham kirim alamat rumahnya ke gue dan gue nanti mau langsung kesana sekalian ketemu sama keluarganya" jelas gue pada Ines

Raut wajah Ines menggambarkan kegelisahan yang luar biasa, entahlah apa yang ines pikirkan saat itu. Tapi semoga saja itu hanya tanda rasa kekhawatiran melepas temannya pergi.

"Nes..."sambil menatap ines "jangan khawatir, saat ini gue yakin ilham bukan type orang pengecut" lanjut gue.

Ines memeluk gue  dengan erat seolah enggan di tinggal pergi. Tak lama, kereta menuju Jogja tiba di stasiun. Dengan sigap, gue bersiap-siap dengan mantap.

"Tuhan... Jadikan Ilham sebagai sosok yang akan membuat gue bahagia"bisik batinku

Bersambung

1 comment:

  1. Metro pop, ya? Jd penasaran kelanjutan ceritanya.. Keren
    #blogwalkingan
    tinulis(dot)com

    ReplyDelete