Friday, September 9, 2016

Perjalanan Spiritual

Sepertinya sudah saatnya aku bangkit karena  melalui kesempatan yang diberikan oleh_Nya aku bisa berkunjung ke salah satu penjuru bumi yang dari perjalanan itu aku tersadarkan.

Selama dua hari satu malam Dia seolah berkata kepadaku bahwa aku tak boleh terus-terusan terbuai oleh nafsu.

Perjalanan yang sungguh membuatku malu.

Diperjalanan kala itu, Dia menunjukkan kebesaran-Nya. Mungkin jika pada saat itu tiba waktuku untuk mati, aku akan mati, namun karena belum waktunya, Dia menyelamatkanku dari tabrakan maut.

Bahaya itu ada di depan mataku, bahkan aku sendiri menyaksikan bagaimana truk itu mundur tanpa kendali. Qodarullah, disaat truk itu mundur karena rem blong, mobil yang aku tumpangi segera melewatinya dengan mengambil jalan berlawanan untuk menghindar. Jika terlambat satu menit saja, mungkin mobil yang aku tumpangi terperosok ke jurang. Namun, lagi-lagi Dia menunjukkan kebesaran-Nya dengan menyelamatkanku.

Aku baru saja menyaksikan truk yang mundur tanpa kendali menabrak mobil yang di belakanhgnya, sesaat itu aku termenung dan hati kecilku berbisik lirih "Engkau selamat Vi karena Dia yang menyelamatkan mu".

Yah..., aku selamat dari bahaya maut itu. Belum selesai pikiranku melanglangbuana membayangkan jika aku mati, Dia kembali mengirmkan sebuah ujian yang membuatku bingung apa yang seharusnya aku perbuat.

Tibalah aku disalah satu tempat penjuru bumi. Kala itu aku tetap bersikeras untuk berangkat menuju tempat utama dengan bermodalkan nekad. Sekalipun sudah dijelaskan bahwasanya jika perjalanan diteruskan pada saat itu juga akan membahayakan semua, namun aku tetap meminta untuk pergi kesana.

Sebenarnya bukan aku yang  berseikeras untuk pergi ke sana, yang tetap berseikeras untuk melanjutkan  ialah salah satu temanku. Bayangkan, untuk menuju tempat tujuan butuh waktu dua sampai tiga jam, pihak yang aku temui yang ada di kota bukan tidak mau mengantar namun khawatir akan risiko yang ada nantinya. Jalannya berkelok-kelok, jika malam kabut mulai turun, dan pada saat itu hujan turun dengan lumayan lebat. Pihak yang mengantar namanya Agus, aku menyebutnya ustadz Agus. Beliau menjelaskan dengan lembut  akan bahayanya jika perjalanan tetap dilanjutkan. Namun temanku tetap nekad ingin melanjutkan. Alhasil sekitar pukul empat dari kota akupun melajutkan perkalanan ke tempat tujuan utama.

Perjalananku di sambut oleh hujan yang lumayan lebat, pada saat itu firasatku sudah mulai tak tenang, aku sendiri melihat wajah ustadz agus dan satu temannya yang mengendarai mobil namanya ustadz johan menggambarkan kekhawatiran yang tajam, namun tetap saja dihadapanku mereka menampakkan wajah tenang seolah tak akan terjadi apa-apa.

Jalanan mulai gelap, rumah-rumah mulai jarang terlihat. Dan tibalah aku memasuki area yang ustadz agus dan johan bilang "area ...." jalannya sempit dan menanjak, hujan turun semakin lebat, hawa dingin sudah mulai memasuki setiap sudut mobil, kabut mulai berdatangan, dan qodarullah pada saat itu azan magrib berkumandang. Magrib yang bagiku amat mencekam. Namun ada sedikit ketenangan menghangatkan hati karena pada saat itu lantunan Al-Quran surat Al-Baqarah  diputar sebagai pemecah sepi.

#bersambung

Telegram: @PendudukLangit

No comments:

Post a Comment