Wednesday, September 14, 2016

Bagian Dari Mimpi

Dalam kertas murahan aku menulis mimpi besar. _"Menjadi Pemateri Kepenulisan_". Kala itu aku sendiri sedikit pesimis, bagaimana mau jadi pemateri sementara diri masih fakir ilmu. Namun aku tulis saja keinginan itu  toh bukankah kita boleh  punya mimpi?

Sejurus kemudian, mimpi itu jadi nyata.

Aku ragu, namun aku harus coba karena semua memang karena ulahku yang dikehendaki-Nya.

Pasti ada timbul satu pertanyaan.  Bagaimana untuk menggapai mimpi sementara diri merasa belum mumpuni?

Teman... Pernah dengar? Dia sesuai prasangka hamba-Nya, dan kalian tau? Dia sangat menyukai orang yang mempunyai azzam yang kuat dan berusaha untuk mencapai itu.

Untuk menggapai mimpi yang ku tulis, tidak semudah mengangkat telur ceplok ke mangkok. Ada bumbu-bumbu pengorbanan disana.

Banyak pengorbanan yang sudah aku lakukan. Waktu, pikiran dan perasaan...

Waktu, mungkin diluaran sana banyak yang bertanya bagaimana cara agar  bisa setiap hari menulis, aku jawab. Caranya dengan menulis setiap hari dan sediakan waktu khusus untuk menulis. Yaa aku harus mengorbankan beberapa jam waktu tidurku untuk menuis. Entah menulis apa, sekalipun hanya huruf "A" bagiku sudah menulis, karena aku selalu tegaskan dalam diriku _"Lo harus nulis tiap hari!"_.

Berpikir. Kalian kira menulis tak butuh berpikir? Kalian kira menulis hanya tinggal ting... Maka jadilah tulisan. Menulis butuh berpikir kawan! Menulis itu tidak seinstan mie instan, se instan mie instan saja masih ada proses-proses yang lain. Bagaimana dengan menulis? Tanpa berpikir memang bisa nulis? Tentu tidak kan? Maka dari itu teman... Jika kalian putuskan untuk menulis, berpikirlah... Bukankah banyak ayat-ayat cinta-Nya yang mengharuskan  kita untuk berpikir?

Perasaan, bagiku ini yang amat berat. Kadang jika suasana hati sedang dilanda pilu perasaan pilu mewarnai pikiran sehingga tulisan yang dihasilkan tentang kepiluan, atau jika hati sedang berbunga perasaan bahagia mewarnai pikiran sehibgga tulisan yang dihasilkan tentang kebahagiaan. Namun dari semua perasaan, ada satu perasaan yang amat aku senangi. Dan hampir setiap aku menulis, perasaan itu mewarnai hatiku. Karena perasaan itulah aku mulai menulis.

Masih banyak pengorbanan-pengorbanan yang sudak aku lakukan, aku tak menuliskan semua karena ditakutkan akan panjang mengalahkan gerbong KRL.

Ini bagian dari mimpiku, aku hanya berpesan. Jika kita putuskan untuk bermimpi. Berusahalah dengan sekuat tenaga untuk menggapainya. Pasti akan ada saja rasa pesimis menghadang, bagiku itu wajar. Jadikanlah rasa pesimis hanya sebagai bumbu penyedap keberhasilan jangan dijadikan bumbu andalan.

Sejak pertama kali ku tulis mimpi-mimpi itu... Aku punya satu mimpi besar yang sampai saat ini aku masih belajar dan belajar untuk mengejar. Bagiku itu mimpi mulia, yah... Mimpi yang mudah-mudahan karena mimpi itu aku bisa menjadi sebaik-baik  manusia.

Teman... Mari sama-sama saling mendoakan agar Dia merestui setiap mimpi yang kita goreskan dengan tinta peradaban yang kita punya.

Selamat merajut mimpi Fren ^_^

Bumi, 14/09/16 23:28 WIB

No comments:

Post a Comment